Minggu, 25 Juli 2021
Si Mangkok Kecil Dengan Sejuta Manfaat
Sabtu, 24 Juli 2021
Kampung Adat Nagari Sijunjung
Minggu, 04 Juli 2021
MUSEUM MBAH SURO
Sawahlunto, 27 Juni 2021
MUSEUM MBAH SURO
Setelah menjelaskan tentang orang rantai, aku dan keluarga baru diperkenankan untuk memasuki lubang bekas tambang Mbah Suro dengan terlebih dahulu kami dipersilahkan untuk memakai sepatu dan topi sebagai pengaman ketika berada di dalam lubang nantinya. Sebelum memasuki lubang kami diperkenankan untuk berfoto di depan lubang dan dilanjutkan dengan memanjatkan doa bagi para korban pekerja paksa yang terkubur di dalam lubang. Lubang ini memiliki lebar 2 meter dengan ketinggian 2 meter juga. Sementara kedalaman Lubang Mbah Suro mencapai 15 meter dari permukaan tanah, serta memiliki panjang 1,5 kilometer di bawah Kota Sawah Lunto. Walaupun demikian lubang ini cukup aman bagi pengunjung karena telah dilengkapi dengan oksigen di sepanjang lubang.
Ada beberapa lorong di dalam lubang yang ditutup sementara karena lebih banyak berdampak negatif kepada para pengunjung seperti kesurupan, dan sakit setelah melihat lorong tersebut. Semakin jauh berjalan kami semakin penasaran dengan penamaan lubang ini. Akhirnya sampailah kami pada satu lorong dan kami berhenti tepat di depan lorong tersebut. Di sana tampak dengan jelas tulisan Mbah Suro dan pemandu langsung menjelaskan bahwa Mbah Suro adalah merupakan seorang mandor orang rantai. Beliau memilki nama lengkap Soerono yang terkenal memiliki ilmu kebal dan ilmu kebatinan yang sangat tinggi sehingga menjadi panutan serta disegani oleh warga sekitar. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh kolonial Belanda agar Mbah Suro dapat bekerja siang dan malam tanpa merasakan lelah.
Mbah Suro dengan senang hati menerima pekerjaan
tersebut karena beliau memiliki niat yang sangat mulia yaitu ingin membebaskan
para orang rantai yang dipaksa bekerja oleh Belanda dengan kekuasaan dan ilmu
yang dimilikinya. Karena keteladanan dan kemuliaan sikap Mbah Suro tersebut
maka nama beliau diabadikan untuk nama lubang tempat beliau dan para orang
rantai bekerja. Mbah Suro meninggal sebelum tahun 1930 dan ia dimakamkan di
pemakaman orang rantai yakni di Tanjung Sari, Kota Sawahlunto.
Penjelasan dari pemandu membuat rasa penasaran
kami hilang, dan kami mulai bergerak keluar lubang menuju ke museum kembali.
Semoga arwah para pekerja paksa mendapat tempat yang terbaik di sisi Yang Maha
Kuasa, Aamiiin....
Jumat, 27 November 2020
BELAJAR DARI KEGAGALAN
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16
Resume
Pelatihan 23
Pemateri : Sigit Suryono, S.Pd., M.Pd
Moderator :
Aam Nurhasanah
Inspirator : Om Jay
Pada pertemuan ke-23 malam ini yang bertepatan dengan peringatan hari guru nasional, peserta kelas mendapat kado seorang narasumber hebat yang akan berbagi ilmu. Narasumber tersebut adalah Bapak Sigit Suryono, S.Pd., M.Pd yang merupakan seorang guru hebat dari SMP Negeri 1 Wonosari, Gunungkidul provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pria kelahiran Sleman pada tanggal 20 Nopember 1976 ini adalah merupakan ketua MGMP mata pelajaran IPA SMP se Kabupaten Gunungkidul dan juga merupakan Duta Rumah Belajar Kemdikbud.
Sebelum
memberikan materi tentang motivasi berprestasi dan pengalaman mengikuti acara
apresiasi guru dan kepala sekolah dari kemdikbud, Pak Sigit terlebih dahulu
menyampaikan ucapan selamat hari guru nasional kepada seluruh anggota kelas.
Harapan beliau semoga kita para pendidik akan semakin maju dan jaya dalam
pembelajaran ke depannya.
Memiliki orang tua yang berprofesi sebagai guru membuat Pak Sigit mendapat didikan, bimbingan dan pengawasan yang sangat disiplin dalam hal belajar. Hal ini membuat beliau selalu mendapat prestasi yang gemilang di kelas. Selama Pak Sigit duduk di bangku Sekolah Dasar, rangking pertama selalu dalam genggamannya. Namun hal itu sangat bertolak belakang ketika beliau bersekolah di SMP dan SMA, rangking pertama sangat sulit untuk diperolehnya, bahkan beliau lebih sering mendapat peringkat di atas 20 bahkan pernah mencapai 40. Masa itu adalah merupakan masa yang sulit bagi Pak Sigit dalam meraih prestasi. Walaupun demikian persahabatan beliau di masa SMP masih sangat membekas sampai saat ini, dimana persahabatan yang tidak mengenal rangking dan keberadaan status sosial.
Kegagalan terus menghampiri Pak Sigit. Saat beliau kuliah S1 Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Yogyakarta diselesaikannya dalam waktu 7 tahun. Waktu itu adalah merupakan ambang batas kegagalan (DO) untuk program S1, bahkan beliau pernah mendapat IPK 1,28. Dulu semasa saya kuliah, kami menyebutnya dengan istilah nasakom (nasib satu koma). Semangat belajar Pak Sigit masih berkobar sebenarnya, ini dapat dibuktikan dengan begitu selesai S1 beliau langsung melanjutkan S2 dan mengambil jurusan Teknologi Pembelajaran. Di era inilah beliau merasakan menjadi orang hebat, karena mampu menyelesaikan studinya dalam waktu 33 bulan dengan IPK 3,8 dan menyandang predikat cumlaude. Kesuksesannya ini merubah cara pikir dan cara pandangan beliau tentang pendidikan dan perjuangan.
Kegagalan dimasa sekolah sampai kuliah S1 benar-benar membekas di hati Pak Sigit sehingga mempengaruhi cara mengajarnya di sekolah. Beliau termasuk orang yang tidak membeda-bedakan anak karena prestasi akademik, beliau malah cenderung sebagai motivator bagi peserta didik karena pahitnya pengalam hidup. Akhirnya Pak Sigit menemukan motivasi diri bahwa "orang akan sukses jika dia fokus dan senang dengan apa yang dikerjakannya", dan "orang akan sukses juga jika bisa fokus pada bidang yang dia tekuni dan mampu melakukan inovasi secara terus menerus".
Setelah memasuki dunia kerja sebagai seorang pengajar dan pendidik di SMPN 1 Wonosari pengalaman Pak Sigit tentang cara meraih sukses semakin bertambah. Beliau sering melakukan kolaborasi dengan peserta didiknya untuk melakukan riset tentang pembuatan media, maupun tentang berbagai model pembelajaran. Akhirnya dari pengalamannya tersebut, Pak Sigit mulai bangkit dan mencoba mengikuti beberapa event sampai akhirnya mencapai kesuksesan seperti sekarang ini.
Lumayan panjang perjuangan yang dilalui oleh Pak Sigit untuk mencapai puncak ke gemilangan. Dimana beliau mengawalinya pada tahun 2006 saat pertama kali mengikuti kompetisi simposium tingkat Propinsi DIY. Padahal beliau mengikuti kegiatan ini secara tidak terencana karena posisi beliau hanyalah sebagai pengganti dari guru di sekolahnya yang mengundurkan diri. Namun demikian Pak Sigit tidak menyia-nyiakan kesempatan yang sangat baik ini untuk “belajar”, karena peserta simposium adalah perwakilan orang-orang hebat seperti pengurus MGMP disemua mata pelajaran.
Dalam simposium ini Pak Sigit hanya mampu masuk peringkat terakhir dari semua peserta lomba untuk mata pelajaran IPA. Dapat dimaklumi karena beliau hanyalah peserta pengganti. Saat kegiatan berlangsung beliau banyak membuat catatan-catatan kecil tentang bagaimana orang berbicara, presentasi, menyampaikan ide dan pemikiran serta gagasan ilmiah dalam sebuah simposium. Dari pengalaman ini membuat Pak Sigit menjadi langganan untuk mengikuti berbagai lomba tingkat nasional di tahun-tahun berikutnya. Ada tujuh kali lomba yang beliau ikuti sebelum guru berprestasi di tahun 2015.
Jika menemui kegagalan dalam suatu event perlombaan, beliau selalu mencatat apa penyebab dari kegagalan tersebut. Tak satupun yang luput dari catatan beliau baik itu dari sisi presentasi, fokus presentasi, cara presentasi, membuat presentasi yang efektif, dan sebagainya sampai akhirnya beliau menemukan formula tersebut. Dan Alhamdulillah sejak tahun 2015 sampai tahun 2020 setiap event lomba yang beliau ikuti selalu meraih hasil sesuai dengan harapan.
Tahun 2011 adalah merupakan tahun pertama Pak Sigit bertemu dengan Omjay dan mas Agus Sampurna dalam acara event Evaluasi pelaksanaan Rumah Belajar di Bogor. Saat itu beliau belum mempunyai banyak catatan portofolio yang tersusun rapi, tapi beliau telah memiliki banyak blog karena memang sejak tahun 2005 Pak Sigit mengajar blog di sekolahnya. Dari pertemuan dan percakapan dengan Om Jay itu lah beliau mempunya keingian untuk memiliki web yang digunakan untuk mencatan seluruh aktifitas yang bisa dijadikan portofolio perjalanannya sebagai pendidik, peneliti, pengembang media pembelajaran, dan lain sebagainya.
Maka di tahun 2012 beliau akhirnya memiliki seluruh catatan aktifitas ilmiah yang dicatat pada web dengan link yaitu http://www.ciget.info. Web inilah yang mengantarkan beliau bisa meraih mimpi menjadi juara 1 guru berprestasi di tahun 2015, kemudian menjadi Duta Rumah Berlajar terinteraktif tahun 2018, Duta Sains PPPPTK IPA, Sarjana Adi Manggala Bidang Pendidikan dari UNY dan terakhir adalah menjadi Guru Inovatif SMP Tahun 2020.
Adapun
kunci keberhasilan Pak Sigit dalam meraih prestasi tersebut adalah:
1. Fokus,
2. Senang
meneliti,
3. Mencatat semua aktifitas ilmiah di Blog
Sebagai seorang guru tentunya Pak Sigit tidak mengabaikan tugasnya dalam pembelajaran. Mengampu mata pelajaran sains tentulah tidak mudah, karena banyak sekali peserta didik yang tidak berminat dengan mata pelajaran yang satu ini. Agar pembelajaran sains bisa diminati bahkan dicintai oleh peserta didik maka seorang guru haruslah menyajikan pembelajaran yang menyenangkan dengan cara membelajarkan dari lingkungan di sekitar anak, sering melakukan pembelajaran dengan beraneka model, kadang praktikum, kadang menggunakan Model Pembelajaran Inquiri, kadang menggunaan android, dan lain sebagainya sehingga pembelajaran tidak monoton. Artinya sebagai seorang pendidik tetaplah melakukan inovasi dalam pembelajaran agar dapat dicintai oleh peserta didiknya.
Pak
Sigit mengingatkan kepada kita semua agar selalu bekerja sama dengan orang lain
dan membagikan ilmu kepada orang lain. InsyaAllah ilmu yang dibagikan tersebut
akan berkah. Prestasi yang diraih bukanlah suatu tujuan namun prestasi akan
didapatkan oleh setiap orang yang telah bekerja dengan maksimal dan terus
berusaha memperbaiki diri setiap saat. Prestasi yang paling utama bukan
ditunjukkan oleh predikat-predikat yang disandang, tapi prestasi yang hakiki
adalah bagaimana kita bisa menjadi sosok yang bisa menginspirasi peserta didik
sehingga suatu saat meraka akan sukses dalam bidangnya masing-masing. Diakhir
pertemuan Pak Sigit juga berpesan agar kita teruslah belajar, berkolaborasi,
dan berbagi, serta terus mengembangkan blog dengan menulis setiap hari karena
hal itu menunjukkan bahwa kita sudah berinovasi.
Selasa, 17 November 2020
BUKU KOMPILASI ARTIKEL
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16
Resume
Pelatihan 19
Pemateri : Taufik Hidayat SE, S.Si, M.Si.( 0812-9463-0266)
Moderator :
Aam Nurhasanah
Inspirator :
Om Jay
Seperti beberapa kali pertemuan belakangan ini, sebelum kelas dimulai peserta diajak oleh moderator untuk memanjatkan doa demi kesembuhan sang inspirator kelas ini. Om Jay memang saat ini lagi sakit yang dikabarkan terinveksi virus covid-19. Peserta diminta untuk membacakan surah Alfatihah. Semoga dengan doa yang dipanjatkan oleh peserta Om Jay dapat segera sembuh.
Kembali malam ini yang bertindak sebagai nahkoda kelas adalah Ibu Aam Nurhasanah dari Lebak. Ibu moderator memperkenalkan sang narasumber yang akan memberikan materi, beliau adalah Bapak Taufik Hidayat, S.E, S.Si, M.Si. Pak Taufik yang memiliki nama pena TAUFIK UIEKS adalah seorang dosen dan penulis buku. Memiliki karier didunia penerbangan membuat beliau mampu menyinggahi 70 negara dan 5 benua. Sungguh sangat luar biasa.
Sebelum menyampaikan materi Pak Taufik meminta izin untuk menunaikan sholat Isya terlebih dahulu. Namun sebelumnya beliau telah menitipkan hidangan yang bisa dinikmati oleh para peserta sambil menunggu kehadirannya di kelas. Akupun ikut mencicipi suguhan tersebut, dan ternyata wow. Sangat diluar dugaan, ada misteri di sebuah kota yang penuh dengan gemerlapnya kehidupan dunia malam. Siapa sangka kota metropolitan yang cukup terkenal dibelahan dunia ternyata ada arwah yang gentayangan di deretan Theatre yang menjadi salah satu ikon Manhattan.
Lumayan banyak kisah misteri dari perjalanan sang narasumber yang disuguhkannya, dan diantaranya terselip sebuah tulisan berupa artikel tentang masjid Niujie di Beijing dalam buku jejak langkah menuju Baitullah jilid ke 3. Ditengah lagi asiknya menikmati tulisan demi tulisan tersebut, tanpa disadari Pak Taufik telah memasuki kelas. Dengan mengucapkan salam dan meminta maaf kepada para peserta kelas atas keterlambatannya untuk hadir di kelas. Tanpa membuang waktu lagi Ibu moderator langsung mempersilahkan Pak Taufik untuk berbagi cerita tentang pengalamannya dalam menulis.
Pada kesempatan kali ini Pak Taufik akan
bercerita tentang pengalaman beliau menulis bedasarkan perjalanan yang
dilakukan. Dari suatu kisah perjalanan bisa menjelma menjadi sebuah tulisan yang
berbentuk artikel atau bahkan menjadi sebuah buku. Banyak kisah perjalanan yang
beliau tulis di blog, majalah seperti majalah Intisari, majalah Angkasa,
majalah Colour Garuda dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan sebagian dari
tulisan beliau tersebut dituliskannya dalam bentuk buku. Berikut adalah beberapa
buku karangan Pak Taufik dengan menggunakan nama pena Taufik Uieks yang sudah mulai
beliau tulis sejak tahun 2004:
1. Mengenbara
ke masjid-masjid di pelosok dunia (Peniti Media tahun 2015).
2. 1001
masjid di 5 benua (Mizan 2016).
3. Jejak
langkah menuju Baitullah jilid 1-3 (Tahun 2020).
4. Tanasya ke Masa Depan Jikid 1-2
Setiap
perjalanan yang dilakukannya selalu beliau abadikan dalam tulisan baik berupa artikel
maupun buku. Agar bisa merubah perjalanan menjadi sebuah artikel, menurut Pak
Taufik ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya adalah:
1. Mengamati.
2. Membuat
foto
3. Diskusi
wawancara
4. Mencari
informasi tambahan
5. Mencari
keunikan
6. Merangkum dalam tulisan
Bagi Pak Taufik sendiri melakukan perjalanan apalagi ke mancanegara adalah merupakan momen untuk mengetahui mengenai budaya, bahasa, kebiasaan dan sejarah tempat yang dikunjungi. Lalu kita dapat menceritakannya kembali berdasarkan foto yang ada, mengingat kembali detail keadaan ruangan arsitektur bangunan, bahkan yang tidak kalah pentingnya kita juga harus memperhatikan siapa saja yang ada dan suasana di sekitar tempat tersebut.
Selanjutnya Pak Taufik memberikan sebuah contoh tulisan beliau yang berupa artikel dan dimuat di majalah Intisari dengan judul “Langlang untuk Pak Taufik”. Artikel ini adalah merupakan contoh dimana kita bisa menceritakan pengalaman travelling dengan foto-foto dan menuliskannya untuk majalah agar bisa dinikmati orang banyak. Kita dapat menggunakan bahasa yang sederhana tetapi menarik. Jadi kita coba menciptakan semacam branding pada tulisan kita, jelasnya. Di setiap tulisannya, Pak Taufik selalu memasukkan sedikit dialog atau percakapan dalam bahasa lokal walau hanya bisa sedikit-sedikit. Hal ini akan membuat tulisan beliau menjadi lebih menarik dan hidup.
Selanjutnya Pak Taufik berbagi pengalaman tentang menulis buku. Dimana buku yang dihasilkan beliau adalah hasil dari kompilasi dari beberapa artikel dengan tema yang sama. Jadi beliau mengumpulkan artikel-artikelnya yang memiliki tema sama, dan setelah terkumpul barulah diterbitkan menjadi sebuah buku. Contonya adalah tentang perjalanan beliau ke masjid-masjid. Satu demi satu artikel mengenai masjid dikumpulkan dan kalau sudah banyak bisa menjadi buku.
Sepertinya narasumber malam ini menjadikan masjid sebagai sasaran utama beliau jika berkunjung ke suatu tempat. Ini dapat dilihat dari jumlah tulisan beliau tentang masjid. Setiap kali beliau mampir ke sebuah masjid maka beliau akan usahakan untuk mengabadikannya berupa foto dan tulisan. Menurut Pak Taufik tidak mudah mencari masjid di luar negeri. Memang ada sih yang gampang, tetapi juga ada yang sangat susah sekali seperti di Athena Yunani.
Selama
melanglangbuana sudah banyak artikel yang dihasilkan oleh Pak Taufik. Tulisan
beliau sangat mudah dijumpai diberbagai media dengan nama pena Taufik Uieks. Kita
bisa jumpai tulisan beliau pada beberapa link berikut:
1. https://en.minanews.net/taufik-uieks-masjid-wander-50-countries/
3. https://www.risalahmisteri.com/detail/524/gadis-bergaun-putih-dari-buenos-aires
Pertemuan
malam ini diakhiri Pak Taufik dengan membagikan motto hidupnya:
“Hidup adalah suatu perjalanaan, karena itu kita harus selalu siap akan kejutan-kejutannya
yang nikmat”.
Sabtu, 14 November 2020
MENGUBAH EKSPEKTASI MENJADI PRESTASI
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16
Resume
Pelatihan 17
Pemateri : Jamila K. Baderan, M.Pd
Moderator :
Aam Nurhasanah
Inspirator :
Om Jay
Entah
mengapa menyambut pertemuan malam ini, grup terlihat lebih sepi dari malam-malam
sebelumnya. Apakah semua peserta di kelas ini memiliki kegiatan yang luar biasa
di hari ini secara serentak, sehingga tidak sempat untuk singgah di kelas ini?.
Ataukah kondisi Om Jay yang masih kurang sehat? Pertanyaan itu bermain di
pikiran saya. Jarum jam terus berjalan hingga mendekati waktu pertemuan, tidak
ada saya jumpai flyer pemateri. Sampai akhirnya pertemuan di mulai.
Seperti
biasanya moderator hebat kita Bu Aam Nurhasanah membuka pertemuan malam ini
dengan terlebih dahulu mengunci grup agar peserta fokus dalam menyimak materi
yang akan disajikan oleh narasumber. Selanjutnya Ibu moderator memperkenalkan
narasumber yang akan berbagi pengalaman dengan peserta, beliau adalah Ibu
Jamila K. Baderan, M.Pd.
Ibu
Jamila lahir di Sidodadi pada tanggal 14 Juni 1978 dan merupakan salah seorang
guru di SDN No. 30 Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.. Ibu dari empat orang
anak ini sungguh luar biasa dalam menulis. Beliau telah memiliki dua buah buku
hasil karya tunggal dan satu buku karya bersama. Sebelum sesi materi dimulai,
kembali moderator mengajak peserta untuk kembali sejenak memanjatkan do’a untuk
kesembuhan Om Jay dengan membaca surah Alfatihah.
Di awal penyampaian materi, Ibu Jamila memulainya dengan pembahasan tentang ekspektasi. Menurut beliau setiap orang pasti memiliki ekspektasi terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukannya. Seperti kita para peserta kelas menulis ini, saat bergabung dalam kelas ini memiliki ekspektasi untuk menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang akan dikenal dan dikenang masyarakat ketika kita sudah tiada nantinya. Jejak litersi tersebut adalah berupa sebuah buku. Untuk itulah kita bergabung dalam kelas ini agar kita mampu melakukan pengembangan diri dan mengeksplor kompetensi diri kita dalam menulis. Namun sangat disayangkan, ekspektasi tidak selalu berbarengan dengan realita. Sehingga Bu Jamila mengatakan bahwa ekspektasi tak seindah kenyataan, yang dituangkannya dalam buku ke-2 beliau yang diterbitkan pada tahun 2019 lalu.
Berkaitan dengan ekspektansi di kelas ini yaitu tentang menulis, maka kita sebagai peserta memiliki harapan terbesar untuk mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat, kalimat menjadi sebuah paragraf yang menarik. Rangkaian paragraph akan menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Bu Jamilah mengungkapkan bahwa menulis adalah hal yang sangat mudah. Namun, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain munculah masalah besar. Diantaranya adalah: (1) bagaimana memulai sebuah tulisan?, (2) apa ide/topik yang harus kita tulis?, dan (3) apakah tulisan saya menarik?.
Menurut nasasumber hebat kita bahwa tantangan menulis terbesar sebenarnya ada pada diri kita sendiri. Tantangan itu adalah mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah, karena untuk mewujudkan ekspektasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada dua hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.
Saat
kita sudah memiliki keinginan untuk merubah ekspektasi menjadi kenyataan bahkan
menjadi sebuah prestasi, saat itu pula kita dituntut untuk memiliki kenekatan, niat,
tekad, serta konsistensi yang kuat. Ibu Jamila sudah membuktikan hal ini saat
beliau ditantang menulis oleh Prof. Eko dan akhirnya beliau membuktikan bahwa tulisannya
lolos tanpa revisi. Maka dari pengalaman ini Bu Jamila mengambil pelajaran
tentang beberapa hal yang harus dilakukan dalam menulis yaitu:
1. Tulislah
apa yang ingin kita tulis.
2. Menulislah
apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
3. Jadikan
menulis sebagai suatu kebutuhan.
4. Menulislah
hingga tuntas, jangan memikirkan editing.
5. Menulis
jangan terlalu lama.
6. Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai adalah pembaca.
Selanjutnya Ibu narasumber menyampaikan bahwa kendala yang biasa kita hadapi saat akan memulai menulis adalah kebingungan mencari ide. Nah, untuk mengatasi hal ini bisa dimulai dari menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Baik itu berupa perasaan, kejadian penting, hobby, dan pekerjaan. Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran, tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dan lain sebagainya. Setiap kalimat yang terlintas dalam pikiran kita segera di tulis. Menuliskannya boleh dimana saja karena hal ini kita lakukan hanyalah untuk menjaga agar ide yang sudah ada tidak hilang.
Memulai menulis itu sangat berat apalagi jika kita tidak memiliki hobi menulis, untuk itu sangat dibutuhkan tekad dan niat yang kuat. Walaupun kita tidak hobi menulis, dan kegitan menulis hanyalah kegiatan iseng belaka. Namun jika dilatih maka akan dapat menjadi suatu keterampilan yang baik, karena menulis itu butuh perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat. Agar kita dapat menulis dengan baik maka yang kita lakukan adalah memperbanyak membaca buku sebagai sumber informasi. Menulis tanpa membaca akan sia-sia karena menulis dan membaca dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik.
Berbagi pengalaman diakhiri Ibu Jamila dengan memberikan kesimpulan materi pertemuan malam ini bahwa menulis merupakan
suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus
terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa
prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu,
agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita
Salam
Literasi!
Jumat, 13 November 2020
MEMULAI MENULIS ALA NENG GEULIS
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16
Resume
Pelatihan 16
Pemateri : Ditta Widya Utami, S.Pd
Moderator :
Bu Kanjeng
Inspirator : Om Jay
Melihat
flyer yang dibagikan digrup , semua peserta berdecak kagum dan memuji
narasumber yang akan membagikan materi malam ini. Dengan antusias peserta
menunggu waktu belajar di mulai. Semua seperti terhipnotis dan tidak sabar lagi
menunggu pemateri untuk menyampaikan materi dan berbagi pengalaman di kelas
ini. Sedikt berbeda memang apresiasi peserta dalam menanti kehadiran pemateri
kali ini, apakah terpesona dengan usia muda dan wajahnya yang cantik? Entahlah.
Pemateri
mala mini adalah Bu Ditta Widya Utami, S.Pd. Wanita cantik yang berprofesi
sebagai guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat ini memang masih
sangat muda sekali. Beliau kelahiran Subang, 23 Mei 1990. Ibu muda ini telah
dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif
di kegiatan MGMP, Bu Ditta juga sangat aktif di bidang literasi dan telah
menghasilkan buku karya tunggalnya dengan judul “Lelaki di Ladang Tebu”. Buku
ini merupakan sebuah antologi cerpen pendidikan yang terbit di tahun 2020 dan
beberapa buku hasil karya bersama. Pantas saja
Penyampaian materi diawali Bu Ditta dengan ucapan terima
kasih kepada Om Jay yang telah memberikan kepercayaan kepada beliau untuk kembali
menjadi narasumber di kelas menulis ini. Dan Bu Ditta mengajak seluruh peserta
untuk berdoa bersama untuk kesembuhan Om Jay. Memang beberapa hari belakangan
ini Om Jay dalam kondisi tidak begitu sehat sehingga kurang aktif di kelas. Semoga
dengan doa yang dipanjatkan bersama, Om Jay akan segera mendapatkan
kepulihannya kembali, Aamiiin.
Saat
seseorang diminta untuk menulis dan menyelesaikan sebuah buku, maka hal pertama
yang terjadi adalah tubuh akan menjadi lemah lunglai seperti kena serangan
stroke. Tak ada langkah yang dapat dilakukan karena semua ide yang ada
tiba-tiba akan hilang lenyap entah kemana. Tangan seperti kena asam urat yang
sulit dan sakit jika dibawa menulis. Kalau sudah begini apa yang dapat
dilakukan? Jangan khawatir karena ada beberapa tips dari Bu Ditta yang dapat
kita dilakukan yaitu :
1. Ikut
kelas menulis.
Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis, seperti kelas menulis kita kali ini. Di kelas ini kita mendapat ilmu tentang kepenulisan, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga. Seperti yang diperoleh Bu Ditta saat bergabung di kelas Om Jay ini, beliau mendapatkan sebuah buku dari PGRI karena salah satu resume yang telah dibuatnya. Hal inipun pernah saya rasakan sesaat setelah saya memposting resume yang saya tulis di blog, tiba-tiba ada kejutan dari Om Jay dimana saya mendapatkan sebuah buku dari Penerbit Andi karena resume yang telah saya tulis dan posting tersebut. Resume yang beruntung itu adalah https://yasnimenulis.blogspot.com/2020/10/menulis-itu-semudah-update-status.html. Bahagia sekali rasanya. Terimakasih Om Jay dan Penerbit Andi.
2. Ikut
komunitas menulis.
Ikut bergabung dalam komunitas menulis juga sangat perlu. Karena di dalam komunitas kita bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman tentang menulis, dan juga kita bisa membagikan tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah. Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Kita bebas memilih mana yang disukai dan sesuai dengan kriteria tulisan kita.
3. Ikut
lomba menulis
Lomba menulis sangat cocok bagi yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita akan sedikit dipaksa untuk menghasilkan sebuah tulisan sesuai denga tema yang telah ditentukan oleh panitia. Dengan demikian secara tidak langsung kita sudah mulai belajar menulis berbagai jenis tulisan. Di dalam proses pembelajaran terkadang pemaksaan juga diperlukan karena dengan adanya deadline waktu yang telah ditetapkan kita dipaksa untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Saya juga pernah mencoba mengikuti lomba menulis cerita anak dan Alhamdulillah tulisan saya termasuk dalam kategori 5 besar yang disyaratkan oleh panitia, tapi sayang sekali tidak ada tindak lanjut dari panitia penyelenggara.
4. Menulis
apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita
Saat kita masih mengalami kesulitan dalam menulis, maka mulailah dengan membuat tulisan tentang apa saja yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Misalnya hari ini kita ingin masak ikan saus tomat, maka kita bisa membuat tulisan tentang resep ikan saus tomat, bisa juga tentang betapa sukanya keluarga kita terhadap masakan ini, dan lain sebagainya. Namun jika hal inipun masih sulit untuk dilakukan, maka bisa kita buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari saja, yang penting menulis agar kemampuan semakin terasah.
5. Menulis
apa saja yang kita suka
Tips terakhir yang diberikan Bu Ditta yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya sangat mudah untuk menuliskannya. Boleh dikatakan kita menuliskan apa yang menjadi kesukaan atau hobby. Misalnya saja saat ini lagi suka main bola kaki, maka kita dapat menulis tentang apa saja yang berhubungan dengan bola kaki tersebut, apakah tentang club bola, baju, sepatu dan segala sesuatu yang berhubungan dengan permainan tersebut.
Itulah lima tips belajar menulis dari Bu Ditta yang dapat kita coba satu persatu agar kita dapat menghasilkan sebuah karya berupa buku. Dan akan menjadi pengukir sejarah dalam kehidupan kita nanti.
Ketika kita ingin menulis, tentulah kita butuh media. Lalu apa yang bisa kita jadikan sebagai media tersebut? Nah menulis itu bisa kita lakukan di berbagai media seperti blog, buku harian, HP, laptop atau platform menulis online seperti wattpad dan storial. Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis seperti facebook, Instagram, twitters dan lainnya. Menulis boleh dimana saja yang penting rutin dilaksanakan atau dibuat target berapa suatu tulisan yang harus diselesaikan dalam sehari, seminggu, sebulan, dan seterusnya.
Jika kita sudah menulis dengan rutin, itu artinya tulisan kita sudah terkumpul dalam jumlah tertentu. Maka langkah selanjutnya adalah tinggal menerbitkannya. Kumpulan tulisan yang ada di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau HP bisa dibukukan. Buku yang kita terbitkan apakah berupa buku solo atau buku berkolaborasi. Sebenarnya ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku tersebut. Misalnya saat kita menulis buku solo maka kita bebas menentukan tema dan waktu penyelesaiannya. Sedangkan jika menulis bersama, maka tulisan yang kita buat harus sesuai dengan tema yang telah ditentuan dan waktunya pun sesuai dengan yang dijadwalkan.
Namun enaknya kalau kolaborasi apalagi kalau kita jadi peserta, maka prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dan urusan lainnya harus diurus secara mandiri. Begitu pula dari segi biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa menjadi lebih murah.
Dalam menyelesaikan sebuah tulisan banyak sekali kendala yang dapat kita jumpai salah satunya adalah mood. Terkadang mood ini bisa timbul tenggelam sehingga tulisan kita akan terbengkalai. Dikesempatan kali ini Bu Ditta juga membagikan tips cara menjaga mood agar tidak malas menulis, dimana menurut Bu Ditta mood itu dapat dijaga dan dikembalikan dengan senyuman. Dengan tersenyum semua masalah akan teratasi, untuk itu tetaplah bersyukur dengan segala karunia Tuhan terhadap diri kita.
Pertemuan
malam ini diakhiri narasumber dengan sebuah kalimat luar biasa yaitu “Teruslah memberi arti pada setiap orang yang
kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau
miliki”.
Salam
Literasi.
Aksi Nyata- Modul 1.4 Pembentukan dan Penerapan Keyakinan Kelas
A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter Prof...

-
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16 Resume Pelatihan 3 Pemateri : Bapak Ya’ Dedi Suhendi Moderator : Ibu Sri Sugiastuti ...
-
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16 Resume Pelatihan 12 Pemateri : Theresia Sri Rahayu,S.Pd.SD Moderator : Aam Nurhasana...