Minggu, 25 Juli 2021

Si Mangkok Kecil Dengan Sejuta Manfaat




Ranah Minang memang memiliki sejuta pesona yang sangat luar biasa. Jika anda berkunjung ke Ranah Bundo Kanduang ini pastilah anda akan disuguhi dengan berbagai jenis destinasi wisata yang sangat luar biasa indahnya. Seolah-olah tempat wisata di Sumatra Barat ini memberikan kenikmatan surga di dunia.

Selain tempat wisata yang sudah tidak diragukan lagi akan kemolekannya, Sumatera Barat juga menyuguhkan berbagai jenis makanan dan kerajinan sebagai oleh-oleh atau buah tangan bagi mereka yang berkunjung ke sana. Selama berada di provinsi ini, lidah anda juga akan dimanjakan dengan berbagai jenis kuliner yang sangat nikmat. Banyak sekali makanan yang berasal dari Sumatera Barat yang sudah terkenal ke seantero tanah air bahkan sampai ke mancanegara, seperti rendang, dendeng batokok, gulai kapau, pangek dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun, ada satu makanan khas Sumatra Barat yang tak kalah nikmatnya yaitu “Soto Padang”.

Bagi anda pecinta makanan berkuah, maka soto Padang bisa dijadikan menu andalan karena memiliki citra rasa yang sangat luar biasa. Soto Padang sudah terkenal sejak lama dan merupakan salah satu menu favorit di Sumatera Barat. Soto berkuah kaldu sapi yang kaya akan rempah alami ini disajikan dengan bahan irisan daging sapi yang sudah digoreng kering, soun, ditambah perkedel kentang, lalu dihidangkan saat panas-panas. Jangan lupa untuk menaburi irisan seledri, bawang goreng dan kerupuk merah yang sangat menggugah selera di atasnya. Sebagai pelengkap soto Padang ditambahkan dengan sambal lado dan irisan jeruk nipis. Soto ini biasanya disajikan dengan nasi. Luar biasa, apalagi dinikmati saat cuaca dingin.

Soto Padang sedikit berbeda dengan jenis soto lainnya seperti coto Makasar, soto Betawi, soto Medan, soto Banjar dan masih banyak lagi jenisnya. Soto Padang memiliki ciri khas pada irisan dagingnya yang terasa garing dan renyah tapi tetap empuk saat dinikmati bersama kuah yang panas. Saat proses pembuatannya, daging sapi yang telah dipotong direbus terlebih dahulu sampai empuk kemudian baru diiris tipis sebelum digoreng renyah. Air rebusannya dipakai untuk kuah soto dan dicampur dengan rempah-rempah alami. Mangkok tempat penyajiannya juga berbeda dari yang lain, ukurannya mungil namun memiliki lekukan yang dalam.

Selain nikmat untuk disantap, soto Padang juga memiliki kandungan gizi. Baik berupa energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, mineral dan juga berbagai jenis vitamin yang dibutuhkan oleh jaringan kulit untuk proses regenerasi sel-sel tubuh. Kulit pun akan tampak lebih kencang dan mulus. Semua kandungan gizi yang terdapat dalam soto Padang ini mampu memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, sehingga tubuh juga terjaga kesehatanya. Selain itu soto Padang juga memiliki kandungan senyawa zat besi yang merupakan struktur penyusun sel darah merah sehingga siapa saja yang mengkonsumsinya akan terhindar dari penyakit kekurangan darah merah atau yang disebut anemia. Nah, tunggu apalagi. Mari kita nikmati kuliner Indonesia yang luar biasa ini.

Sabtu, 24 Juli 2021

Kampung Adat Nagari Sijunjung





Mendengar nama Sijunjung tentu tidak asing lagi bagi pecinta buah yang memiliki cita rasa sangat manis ini. Ya, Lansek Sijunjung sangatlah terkenal di Sumatra Barat. Selain Lansek, Sijunjung juga terkenal dengan daerah perkebunan sawit dan karet, serta juga merupakan daerah penghasil tambang. Dibalik semua itu ternyata Kabupaten Sijunjung menyimpan sebuah destinasi wisata yang sangat luar biasa indah yaitu "Perkampungan Adat Nagari Sijunjung". Sebuah perkampungan yang masih sangat kental memegang adat istiadat Ranah Minang.

Begitu menginjakkan kaki di perkampungan ini, hawa adat minang sangat terasa karena mata kita langsung disuguhi dengan pemandangan rumah gadang yang berjejer dan berdiri kokoh sebanyak 76 buah rumah. Rumah ini menjadi tempat acara adat istiadat dilangsungkan sekaligus menjadi hunian masyarakat setempat dari enam suku yang ada di nagari ini yaitu Chaniago, Piliang, Malayu, Tobo, Panai, dan Malayu Tak Timbago. Karena rumah gadang ini menjadi hunian penduduk maka senantiasa terawat dengan baik, jika ada yang rusak akan langsung diperbaiki.

Dikelilingi oleh perbukitan menjadikan alam kampung ini sangat asri dan sejuk, rumah gadang yang tertata dengan rapi serta pekarangan yang bersih sungguh membuat para pengunjung terpesona. Jika ingin menginap diperkampungan ini, kita dapat menyewa salah satu rumah gadang sambil menikmati peran kehidupan menjadi orang minang sesungguhnya yang memiliki roh matrilinial (garis keturunan dari ibu), sehingga kepemilikan rumah gadang dipegang oleh kaum perempuan secara turun temurun.



Merasakan sensasi tinggal di rumah gadang merupakan suatu anugrah yang luar biasa. Anda penasaran?. Silahkan berkunjung ya.... 



Sijunjung, 3 Juli 2021

Minggu, 04 Juli 2021

MUSEUM MBAH SURO

 

                                                                                   Sawahlunto, 27 Juni 2021


MUSEUM MBAH SURO


Sawahlunto adalah merupakan salah satu kota di Sumatera Barat yang sering aku lewati jika pulang ke kampung halaman ku. Namun secara khusus belum pernah aku singgah untuk menikmati keindahan dan sejarah kota ini. Kali ini aku menyempatkan diri untuk berkunjung ke sana dengan membawa keluarga dan anak-anak agar mereka juga tau tentang sejarah yang ada di kota ini.

Tujuan awal yang ingin aku kunjungi sebenarnya adalah museum kereta api, karena tempat inilah yang sudah sering aku dengar dikunjungi oleh para wisatawan. Sebelum sampai di museum tersebut aku melihat plang penunjuk arah bertuliskan museum Mbah Suro. Aku malah jadi penasaran setelah membaca tulisan di plang tersebut, karena nama Mbah Suro biasanya adalah panggilan untuk orang tua suku Jawa, tapi kok ada museumnya di Sumatera Barat.

Dari rasa penasaran tersebut akhirnya aku dan keluarga sepakat untuk berkunjung ke museum Mbah Suro tersebut. Tapi yang membuat aku lebih penasaran adalah lubang tambangnya. Begitu sampai di lokasi aku malah kebingungan karena jalan yang pas-pasan untuk mobil dan bahkan seperti tidak ada tempat parkir karena di kiri dan kanan jalan adalah rumah penduduk, membuat aku sedikit bertanya-tanya dalam hati,"bagaimana cara untuk masuk ke sana?". Akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ke gedung museum tersebut untuk bertanya. Ternyata di dalam ada pegawai museum yang siap melayani dan memandu para pengunjung untuk dapat masuk ke dalam lubang tambang Mbah Suro dan pengunjung boleh parkir dimana saja karena tempat di sekitar museum sudah menjadi wilayah museum semua.

Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 10.000 perorang, aku dan keluarga dibawa oleh pemandu museum untuk melihat peninggalan sejarah berupa rantai yang digunakan oleh kolonial Belanda untuk mengikat kaki para pekerja tambang batu bara di sini. Ya, Sawahlunto adalah merupakan situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara yang terletak di lembah sempit di sepanjang pegunungan Bukit Barisan. Lubang bekas tambang batu bara Mbah Suro menyimpan sejarah kelam tentang orang rantai.

Orang rantai adalah sebutan bagi para pekerja tambang di Sawahlunto. Mereka dikirim dari berbagai daerah di Hindia Belanda termasuk Batavia. Mereka adalah pesakitan yakni tahanan kriminal atau politik dari wilayah Jawa, Bali dan Sumatera. Mereka dibawa ke Sawahlunto dengan kaki, tangan, dan leher diikat rantai. Mereka dipaksa bekerja sebagai kuli tambang batu bara dengan kondisi kaki, tangan, dan leher yang masih dirantai tanpa di upah dan bahkan tidak dikasih makan.


Setelah menjelaskan tentang orang rantai, aku dan keluarga baru diperkenankan untuk memasuki lubang bekas tambang Mbah Suro dengan terlebih dahulu kami dipersilahkan untuk memakai sepatu dan topi sebagai pengaman ketika berada di dalam lubang nantinya. Sebelum memasuki lubang kami diperkenankan untuk berfoto di depan lubang dan dilanjutkan dengan memanjatkan doa bagi para korban pekerja paksa yang terkubur di dalam lubang. Lubang ini memiliki lebar 2 meter dengan ketinggian 2 meter juga. Sementara kedalaman Lubang Mbah Suro mencapai 15 meter dari permukaan tanah, serta memiliki panjang 1,5 kilometer di bawah Kota Sawah Lunto. Walaupun demikian lubang ini cukup aman bagi pengunjung karena telah dilengkapi dengan oksigen di sepanjang lubang.


Ada beberapa lorong di dalam lubang yang ditutup sementara karena lebih banyak berdampak negatif kepada para pengunjung seperti kesurupan, dan sakit setelah melihat lorong tersebut. Semakin jauh berjalan kami semakin penasaran dengan penamaan lubang ini. Akhirnya sampailah kami pada satu lorong dan kami berhenti tepat di depan lorong tersebut. Di sana tampak dengan jelas tulisan Mbah Suro dan pemandu langsung menjelaskan bahwa Mbah Suro adalah merupakan seorang mandor orang rantai. Beliau memilki nama lengkap Soerono yang terkenal memiliki ilmu kebal dan ilmu kebatinan yang sangat tinggi sehingga menjadi panutan serta disegani oleh warga sekitar. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh kolonial Belanda agar Mbah Suro dapat bekerja siang dan malam tanpa merasakan lelah.

Mbah Suro dengan senang hati menerima pekerjaan tersebut karena beliau memiliki niat yang sangat mulia yaitu ingin membebaskan para orang rantai yang dipaksa bekerja oleh Belanda dengan kekuasaan dan ilmu yang dimilikinya. Karena keteladanan dan kemuliaan sikap Mbah Suro tersebut maka nama beliau diabadikan untuk nama lubang tempat beliau dan para orang rantai bekerja. Mbah Suro meninggal sebelum tahun 1930 dan ia dimakamkan di pemakaman orang rantai yakni di Tanjung Sari, Kota Sawahlunto.


Penjelasan dari pemandu membuat rasa penasaran kami hilang, dan kami mulai bergerak keluar lubang menuju ke museum kembali. Semoga arwah para pekerja paksa mendapat tempat yang terbaik di sisi Yang Maha Kuasa, Aamiiin....


Jumat, 27 November 2020

BELAJAR DARI KEGAGALAN

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 23

Pemateri           : Sigit Suryono, S.Pd., M.Pd 

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay 


Pada pertemuan ke-23 malam ini yang bertepatan dengan peringatan hari guru nasional, peserta kelas mendapat kado seorang narasumber hebat yang akan berbagi ilmu.  Narasumber tersebut adalah Bapak Sigit Suryono, S.Pd., M.Pd yang merupakan seorang guru hebat dari SMP Negeri 1 Wonosari, Gunungkidul provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pria kelahiran Sleman pada tanggal 20 Nopember 1976 ini adalah merupakan ketua MGMP mata pelajaran IPA SMP se Kabupaten Gunungkidul dan juga merupakan Duta Rumah Belajar Kemdikbud.

Sebelum memberikan materi tentang motivasi berprestasi dan pengalaman mengikuti acara apresiasi guru dan kepala sekolah dari kemdikbud, Pak Sigit terlebih dahulu menyampaikan ucapan selamat hari guru nasional kepada seluruh anggota kelas. Harapan beliau semoga kita para pendidik akan semakin maju dan jaya dalam pembelajaran ke depannya.

Memiliki orang tua yang berprofesi sebagai guru membuat Pak Sigit mendapat didikan, bimbingan dan pengawasan yang sangat disiplin dalam hal belajar. Hal ini membuat beliau selalu mendapat prestasi yang gemilang di kelas. Selama Pak Sigit duduk di bangku Sekolah Dasar, rangking pertama selalu dalam genggamannya. Namun hal itu sangat bertolak belakang ketika beliau bersekolah di SMP dan SMA, rangking pertama sangat sulit untuk diperolehnya, bahkan beliau lebih sering mendapat peringkat di atas 20 bahkan pernah mencapai 40. Masa itu adalah merupakan masa yang sulit bagi Pak Sigit dalam meraih prestasi. Walaupun demikian persahabatan beliau di masa SMP masih sangat membekas sampai saat ini, dimana persahabatan yang tidak mengenal rangking dan keberadaan status sosial.

Kegagalan terus menghampiri Pak Sigit. Saat beliau kuliah S1 Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Yogyakarta diselesaikannya dalam waktu 7 tahun. Waktu itu adalah merupakan ambang batas kegagalan (DO) untuk program S1, bahkan beliau pernah mendapat IPK 1,28. Dulu semasa saya kuliah, kami menyebutnya dengan istilah nasakom (nasib satu koma). Semangat belajar Pak Sigit masih berkobar sebenarnya, ini dapat dibuktikan dengan begitu selesai S1 beliau langsung melanjutkan S2 dan mengambil jurusan Teknologi Pembelajaran. Di era inilah beliau merasakan menjadi orang hebat, karena mampu menyelesaikan studinya dalam waktu 33 bulan dengan IPK 3,8 dan menyandang predikat cumlaude. Kesuksesannya ini merubah cara pikir dan cara pandangan beliau tentang pendidikan dan perjuangan.

Kegagalan dimasa sekolah sampai kuliah S1 benar-benar membekas di hati Pak Sigit sehingga mempengaruhi cara mengajarnya di sekolah. Beliau termasuk orang yang tidak membeda-bedakan anak karena prestasi akademik, beliau malah cenderung sebagai motivator bagi peserta didik karena pahitnya pengalam hidup. Akhirnya Pak Sigit menemukan motivasi diri bahwa "orang akan sukses jika dia fokus dan senang dengan apa yang dikerjakannya", dan "orang akan sukses juga jika bisa fokus pada bidang yang dia tekuni dan mampu melakukan inovasi secara terus menerus".

Setelah memasuki dunia kerja sebagai seorang pengajar dan pendidik di SMPN 1 Wonosari pengalaman Pak Sigit tentang cara meraih sukses semakin bertambah. Beliau sering melakukan kolaborasi dengan peserta didiknya untuk melakukan riset tentang pembuatan media, maupun tentang berbagai model pembelajaran. Akhirnya dari pengalamannya tersebut, Pak Sigit mulai bangkit dan mencoba mengikuti beberapa event sampai akhirnya mencapai kesuksesan seperti sekarang ini.

Lumayan panjang perjuangan yang dilalui oleh Pak Sigit untuk mencapai puncak ke gemilangan. Dimana beliau mengawalinya pada tahun 2006 saat pertama kali mengikuti kompetisi simposium tingkat Propinsi DIY. Padahal beliau mengikuti kegiatan ini secara tidak terencana karena posisi beliau hanyalah sebagai pengganti dari guru di sekolahnya yang mengundurkan diri. Namun demikian Pak Sigit tidak menyia-nyiakan kesempatan yang sangat baik ini untuk “belajar”, karena peserta simposium adalah perwakilan orang-orang hebat seperti pengurus MGMP disemua mata pelajaran.

Dalam simposium ini Pak Sigit hanya mampu masuk peringkat terakhir dari semua peserta lomba untuk mata pelajaran IPA. Dapat dimaklumi karena beliau hanyalah peserta pengganti. Saat kegiatan berlangsung beliau banyak membuat catatan-catatan kecil tentang bagaimana orang berbicara, presentasi, menyampaikan ide dan pemikiran serta gagasan ilmiah dalam sebuah simposium. Dari pengalaman ini membuat Pak Sigit menjadi langganan untuk mengikuti berbagai lomba tingkat nasional di tahun-tahun berikutnya. Ada tujuh kali lomba yang beliau ikuti sebelum guru berprestasi di tahun 2015.

Jika menemui kegagalan dalam suatu event perlombaan, beliau selalu mencatat apa penyebab dari kegagalan tersebut. Tak satupun yang luput dari catatan beliau baik itu dari sisi presentasi, fokus presentasi, cara presentasi, membuat presentasi yang efektif, dan sebagainya sampai akhirnya beliau menemukan formula tersebut. Dan Alhamdulillah sejak tahun 2015 sampai tahun 2020 setiap event lomba yang beliau ikuti selalu meraih hasil sesuai dengan harapan.

Tahun 2011 adalah merupakan tahun pertama Pak Sigit bertemu dengan Omjay dan mas Agus Sampurna dalam acara event Evaluasi pelaksanaan Rumah Belajar di Bogor. Saat itu beliau belum mempunyai banyak catatan portofolio yang tersusun rapi, tapi beliau telah memiliki banyak blog karena memang sejak tahun 2005 Pak Sigit mengajar blog di sekolahnya. Dari pertemuan dan percakapan dengan Om Jay itu lah beliau mempunya keingian untuk memiliki web yang digunakan untuk mencatan seluruh aktifitas yang bisa dijadikan portofolio perjalanannya sebagai pendidik, peneliti, pengembang media pembelajaran, dan lain sebagainya.

Maka di tahun 2012 beliau akhirnya memiliki seluruh catatan aktifitas ilmiah yang dicatat pada web dengan link yaitu http://www.ciget.info. Web inilah yang mengantarkan beliau bisa meraih mimpi menjadi juara 1 guru berprestasi di tahun 2015, kemudian menjadi Duta Rumah Berlajar terinteraktif tahun 2018, Duta Sains PPPPTK IPA, Sarjana Adi Manggala Bidang Pendidikan dari UNY dan terakhir adalah menjadi Guru Inovatif SMP Tahun 2020.

Adapun kunci keberhasilan Pak Sigit dalam meraih prestasi tersebut adalah:

1. Fokus,

2. Senang meneliti,

3. Mencatat semua aktifitas ilmiah di Blog

Sebagai seorang guru tentunya Pak Sigit tidak mengabaikan tugasnya dalam pembelajaran. Mengampu mata pelajaran sains tentulah tidak mudah, karena banyak sekali peserta didik yang tidak berminat dengan mata pelajaran yang satu ini. Agar pembelajaran sains bisa diminati bahkan dicintai oleh peserta didik maka seorang guru haruslah menyajikan pembelajaran yang menyenangkan dengan cara membelajarkan dari lingkungan di sekitar anak, sering melakukan pembelajaran dengan beraneka model, kadang praktikum, kadang menggunakan Model Pembelajaran Inquiri, kadang menggunaan android, dan lain sebagainya sehingga pembelajaran tidak monoton. Artinya sebagai seorang pendidik tetaplah melakukan inovasi dalam pembelajaran agar dapat dicintai oleh peserta didiknya.

Pak Sigit mengingatkan kepada kita semua agar selalu bekerja sama dengan orang lain dan membagikan ilmu kepada orang lain. InsyaAllah ilmu yang dibagikan tersebut akan berkah. Prestasi yang diraih bukanlah suatu tujuan namun prestasi akan didapatkan oleh setiap orang yang telah bekerja dengan maksimal dan terus berusaha memperbaiki diri setiap saat. Prestasi yang paling utama bukan ditunjukkan oleh predikat-predikat yang disandang, tapi prestasi yang hakiki adalah bagaimana kita bisa menjadi sosok yang bisa menginspirasi peserta didik sehingga suatu saat meraka akan sukses dalam bidangnya masing-masing. Diakhir pertemuan Pak Sigit juga berpesan agar kita teruslah belajar, berkolaborasi, dan berbagi, serta terus mengembangkan blog dengan menulis setiap hari karena hal itu menunjukkan bahwa kita sudah berinovasi.

Selasa, 17 November 2020

BUKU KOMPILASI ARTIKEL

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 19

Pemateri           : Taufik Hidayat SE, S.Si, M.Si.( 0812-9463-0266)

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Seperti beberapa kali pertemuan belakangan ini, sebelum kelas dimulai peserta diajak oleh moderator untuk memanjatkan doa demi kesembuhan sang inspirator kelas ini. Om Jay memang saat ini lagi sakit yang dikabarkan terinveksi virus covid-19. Peserta diminta untuk membacakan surah Alfatihah. Semoga dengan doa yang dipanjatkan oleh peserta Om Jay dapat segera sembuh.

Kembali malam ini yang bertindak sebagai nahkoda kelas adalah Ibu Aam Nurhasanah dari Lebak. Ibu moderator memperkenalkan sang narasumber yang akan memberikan materi, beliau adalah Bapak Taufik Hidayat, S.E, S.Si, M.Si. Pak Taufik yang memiliki nama pena TAUFIK UIEKS adalah seorang dosen dan penulis buku. Memiliki karier didunia penerbangan membuat beliau mampu menyinggahi 70 negara dan 5 benua. Sungguh sangat luar biasa.

Sebelum menyampaikan materi Pak Taufik meminta izin untuk menunaikan sholat Isya terlebih dahulu. Namun sebelumnya beliau telah menitipkan hidangan yang bisa dinikmati oleh para peserta sambil menunggu kehadirannya di kelas. Akupun ikut mencicipi suguhan tersebut, dan ternyata wow. Sangat diluar dugaan, ada misteri di sebuah kota yang penuh dengan gemerlapnya kehidupan dunia malam. Siapa sangka kota metropolitan yang cukup terkenal dibelahan dunia ternyata ada arwah yang gentayangan di deretan Theatre yang menjadi salah satu ikon Manhattan.

Lumayan banyak kisah misteri dari perjalanan sang narasumber yang disuguhkannya, dan diantaranya terselip sebuah tulisan berupa artikel tentang masjid Niujie di Beijing dalam buku jejak langkah menuju Baitullah jilid ke 3. Ditengah lagi asiknya menikmati tulisan demi tulisan tersebut, tanpa disadari Pak Taufik telah memasuki kelas. Dengan mengucapkan salam dan meminta maaf kepada para peserta kelas atas keterlambatannya untuk hadir di kelas. Tanpa membuang waktu lagi Ibu moderator langsung mempersilahkan Pak Taufik untuk berbagi cerita tentang pengalamannya dalam menulis.

Pada kesempatan kali ini Pak Taufik akan bercerita tentang pengalaman beliau menulis bedasarkan perjalanan yang dilakukan. Dari suatu kisah perjalanan bisa menjelma menjadi sebuah tulisan yang berbentuk artikel atau bahkan menjadi sebuah buku. Banyak kisah perjalanan yang beliau tulis di blog, majalah seperti majalah Intisari, majalah Angkasa, majalah Colour Garuda dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan sebagian dari tulisan beliau tersebut dituliskannya dalam bentuk buku. Berikut adalah beberapa buku karangan Pak Taufik dengan menggunakan nama pena Taufik Uieks yang sudah mulai beliau tulis sejak tahun 2004:

1.       Mengenbara ke masjid-masjid di pelosok dunia (Peniti Media tahun 2015).

2.       1001 masjid di 5 benua  (Mizan 2016).

3.       Jejak langkah menuju Baitullah jilid 1-3 (Tahun 2020).

4.       Tanasya ke Masa Depan Jikid 1-2

Setiap perjalanan yang dilakukannya selalu beliau abadikan dalam tulisan baik berupa artikel maupun buku. Agar bisa merubah perjalanan menjadi sebuah artikel, menurut Pak Taufik ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya adalah:

1.       Mengamati.

2.       Membuat foto

3.       Diskusi wawancara

4.       Mencari informasi tambahan

5.       Mencari keunikan

6.       Merangkum dalam tulisan

Bagi Pak Taufik sendiri melakukan perjalanan apalagi ke mancanegara adalah merupakan momen untuk mengetahui mengenai budaya, bahasa, kebiasaan dan sejarah tempat yang dikunjungi. Lalu kita dapat menceritakannya kembali berdasarkan foto yang ada, mengingat kembali detail keadaan ruangan arsitektur bangunan, bahkan yang tidak kalah pentingnya kita juga harus memperhatikan siapa saja yang ada dan suasana di sekitar tempat tersebut.

Selanjutnya Pak Taufik memberikan sebuah contoh tulisan beliau yang berupa artikel dan dimuat di majalah Intisari dengan judul “Langlang untuk Pak Taufik”. Artikel ini adalah merupakan contoh dimana kita bisa menceritakan pengalaman travelling dengan foto-foto dan menuliskannya untuk majalah agar bisa dinikmati orang banyak. Kita dapat menggunakan bahasa yang sederhana tetapi menarik. Jadi kita coba menciptakan semacam branding pada tulisan kita, jelasnya. Di setiap tulisannya, Pak Taufik selalu memasukkan sedikit dialog atau percakapan dalam bahasa lokal walau hanya bisa sedikit-sedikit. Hal ini akan membuat tulisan beliau menjadi lebih menarik dan hidup.

Selanjutnya Pak Taufik berbagi pengalaman tentang menulis buku. Dimana buku yang dihasilkan beliau adalah hasil dari kompilasi dari beberapa artikel dengan tema yang sama. Jadi beliau mengumpulkan artikel-artikelnya yang memiliki tema sama, dan setelah terkumpul barulah diterbitkan menjadi sebuah buku. Contonya adalah tentang perjalanan beliau ke masjid-masjid. Satu demi satu artikel mengenai masjid dikumpulkan dan kalau sudah banyak bisa menjadi buku.

Sepertinya narasumber malam ini menjadikan masjid sebagai sasaran utama beliau jika berkunjung ke suatu tempat. Ini dapat dilihat dari jumlah tulisan beliau tentang masjid. Setiap kali beliau mampir ke sebuah masjid maka beliau akan usahakan untuk mengabadikannya berupa foto dan tulisan. Menurut Pak Taufik tidak mudah mencari masjid di luar negeri. Memang ada sih yang gampang, tetapi juga ada yang sangat susah sekali seperti di Athena Yunani.

Selama melanglangbuana sudah banyak artikel yang dihasilkan oleh Pak Taufik. Tulisan beliau sangat mudah dijumpai diberbagai media dengan nama pena Taufik Uieks. Kita bisa jumpai tulisan beliau pada beberapa link berikut:

1.       https://en.minanews.net/taufik-uieks-masjid-wander-50-countries/

2.    https://www.kompasiana.com/taufikuieks/54f38056745513a42b6c77f2/di-brunei-belajar-bahasa-cina-gratis-loh

3.      https://www.risalahmisteri.com/detail/524/gadis-bergaun-putih-dari-buenos-aires

4. https://www.kompasiana.com/taufikuieks/5519e38ba33311681cb65971/secangkir-kopi-untuk-perdamaian-dari-rwanda

5.  https://www.kompasiana.com/taufikuieks/5508ea28813311931cb1e273/menjadi-marbot-di-masjid-bawah-tanah-di-athena-lawatan-ke-masjid-masjid-di-mancanegara-10

Pertemuan malam ini diakhiri Pak Taufik dengan membagikan motto hidupnya:

“Hidup adalah suatu perjalanaan, karena itu  kita harus selalu siap akan kejutan-kejutannya yang nikmat”.

Sabtu, 14 November 2020

MENGUBAH EKSPEKTASI MENJADI PRESTASI

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 17

Pemateri           : Jamila K. Baderan, M.Pd 

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Entah mengapa menyambut pertemuan malam ini, grup terlihat lebih sepi dari malam-malam sebelumnya. Apakah semua peserta di kelas ini memiliki kegiatan yang luar biasa di hari ini secara serentak, sehingga tidak sempat untuk singgah di kelas ini?. Ataukah kondisi Om Jay yang masih kurang sehat? Pertanyaan itu bermain di pikiran saya. Jarum jam terus berjalan hingga mendekati waktu pertemuan, tidak ada saya jumpai flyer pemateri. Sampai akhirnya pertemuan di mulai.

Seperti biasanya moderator hebat kita Bu Aam Nurhasanah membuka pertemuan malam ini dengan terlebih dahulu mengunci grup agar peserta fokus dalam menyimak materi yang akan disajikan oleh narasumber. Selanjutnya Ibu moderator memperkenalkan narasumber yang akan berbagi pengalaman dengan peserta, beliau adalah Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd.

Ibu Jamila lahir di Sidodadi pada tanggal 14 Juni 1978 dan merupakan salah seorang guru di SDN No. 30 Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.. Ibu dari empat orang anak ini sungguh luar biasa dalam menulis. Beliau telah memiliki dua buah buku hasil karya tunggal dan satu buku karya bersama. Sebelum sesi materi dimulai, kembali moderator mengajak peserta untuk kembali sejenak memanjatkan do’a untuk kesembuhan Om Jay dengan membaca surah Alfatihah.

Di awal penyampaian materi, Ibu Jamila memulainya dengan pembahasan tentang ekspektasi. Menurut beliau setiap orang pasti memiliki ekspektasi terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukannya. Seperti kita para peserta kelas menulis ini, saat bergabung dalam kelas ini memiliki ekspektasi untuk menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang akan dikenal dan dikenang masyarakat ketika kita sudah tiada nantinya. Jejak litersi tersebut adalah berupa sebuah buku. Untuk itulah kita bergabung dalam kelas ini agar kita mampu melakukan pengembangan diri dan mengeksplor kompetensi diri kita dalam menulis. Namun sangat disayangkan, ekspektasi tidak selalu berbarengan dengan realita. Sehingga Bu Jamila mengatakan bahwa ekspektasi tak seindah kenyataan, yang dituangkannya dalam buku ke-2 beliau yang diterbitkan pada tahun 2019 lalu.

Berkaitan dengan ekspektansi di kelas ini yaitu tentang menulis, maka kita sebagai peserta memiliki harapan terbesar untuk mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat, kalimat menjadi sebuah paragraf yang menarik. Rangkaian paragraph akan menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Bu Jamilah mengungkapkan bahwa menulis adalah hal yang sangat mudah. Namun, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain munculah masalah besar. Diantaranya adalah: (1) bagaimana memulai sebuah tulisan?, (2) apa ide/topik yang harus kita tulis?, dan (3) apakah tulisan saya menarik?.

Menurut nasasumber hebat kita bahwa tantangan menulis terbesar sebenarnya ada pada diri kita sendiri. Tantangan itu adalah mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah, karena untuk mewujudkan ekspektasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.  Ada dua hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.

Saat kita sudah memiliki keinginan untuk merubah ekspektasi menjadi kenyataan bahkan menjadi sebuah prestasi, saat itu pula kita dituntut untuk memiliki kenekatan, niat, tekad, serta konsistensi yang kuat. Ibu Jamila sudah membuktikan hal ini saat beliau ditantang menulis oleh Prof. Eko dan akhirnya beliau membuktikan bahwa tulisannya lolos tanpa revisi. Maka dari pengalaman ini Bu Jamila mengambil pelajaran tentang beberapa hal yang harus dilakukan dalam menulis yaitu:

1.       Tulislah apa yang ingin kita tulis.

2.       Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.

3.       Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan.

4.       Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.

5.       Menulis jangan terlalu lama.

6.     Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai adalah pembaca.

Selanjutnya Ibu narasumber menyampaikan bahwa kendala yang biasa kita hadapi saat akan memulai menulis adalah kebingungan mencari ide. Nah, untuk mengatasi hal ini bisa dimulai dari menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Baik itu berupa perasaan, kejadian penting, hobby, dan pekerjaan. Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran, tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dan lain sebagainya. Setiap kalimat yang terlintas dalam pikiran kita segera di tulis. Menuliskannya boleh dimana saja karena hal ini kita lakukan hanyalah untuk menjaga agar ide yang sudah ada tidak hilang.

Memulai menulis itu sangat berat apalagi jika kita tidak memiliki hobi menulis, untuk itu sangat dibutuhkan tekad dan niat yang kuat. Walaupun kita tidak hobi menulis, dan kegitan menulis hanyalah kegiatan iseng belaka. Namun jika dilatih maka akan dapat menjadi suatu keterampilan yang baik, karena menulis itu butuh perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat. Agar kita dapat menulis dengan baik maka yang kita lakukan adalah memperbanyak membaca buku sebagai sumber informasi. Menulis tanpa membaca akan sia-sia karena menulis dan membaca dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik.

Berbagi pengalaman diakhiri Ibu Jamila dengan memberikan kesimpulan materi pertemuan malam ini bahwa menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita

Salam Literasi!

Jumat, 13 November 2020

MEMULAI MENULIS ALA NENG GEULIS

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 16

Pemateri           : Ditta Widya Utami, S.Pd 

Moderator        : Bu Kanjeng

Inspirator         : Om Jay


 

Melihat flyer yang dibagikan digrup , semua peserta berdecak kagum dan memuji narasumber yang akan membagikan materi malam ini. Dengan antusias peserta menunggu waktu belajar di mulai. Semua seperti terhipnotis dan tidak sabar lagi menunggu pemateri untuk menyampaikan materi dan berbagi pengalaman di kelas ini. Sedikt berbeda memang apresiasi peserta dalam menanti kehadiran pemateri kali ini, apakah terpesona dengan usia muda dan wajahnya yang cantik? Entahlah.

Pemateri mala mini adalah Bu Ditta Widya Utami, S.Pd. Wanita cantik yang berprofesi sebagai guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat ini memang masih sangat muda sekali. Beliau kelahiran Subang, 23 Mei 1990. Ibu muda ini telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di kegiatan MGMP, Bu Ditta juga sangat aktif di bidang literasi dan telah menghasilkan buku karya tunggalnya dengan judul “Lelaki di Ladang Tebu”. Buku ini merupakan sebuah antologi cerpen pendidikan yang terbit di tahun 2020 dan beberapa buku hasil karya bersama. Pantas saja peserta sangat penasaran karena di usiannya yang sangat muda, beliau telah menghasilkan karya yang luar biasa.

Penyampaian materi diawali Bu Ditta dengan ucapan terima kasih kepada Om Jay yang telah memberikan  kepercayaan kepada beliau untuk kembali menjadi narasumber di kelas menulis ini. Dan Bu Ditta mengajak seluruh peserta untuk berdoa bersama untuk kesembuhan Om Jay. Memang beberapa hari belakangan ini Om Jay dalam kondisi tidak begitu sehat sehingga kurang aktif di kelas. Semoga dengan doa yang dipanjatkan bersama, Om Jay akan segera mendapatkan kepulihannya kembali,  Aamiiin.

Saat seseorang diminta untuk menulis dan menyelesaikan sebuah buku, maka hal pertama yang terjadi adalah tubuh akan menjadi lemah lunglai seperti kena serangan stroke. Tak ada langkah yang dapat dilakukan karena semua ide yang ada tiba-tiba akan hilang lenyap entah kemana. Tangan seperti kena asam urat yang sulit dan sakit jika dibawa menulis. Kalau sudah begini apa yang dapat dilakukan? Jangan khawatir karena ada beberapa tips dari Bu Ditta yang dapat kita dilakukan yaitu :

1.       Ikut kelas menulis.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis, seperti kelas menulis kita kali ini. Di kelas ini kita mendapat ilmu tentang kepenulisan, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga. Seperti yang diperoleh Bu Ditta saat bergabung di kelas Om Jay ini, beliau mendapatkan sebuah buku dari PGRI karena salah satu resume yang telah dibuatnya. Hal inipun pernah saya rasakan sesaat setelah saya memposting resume yang saya tulis di blog, tiba-tiba ada kejutan dari Om Jay dimana saya mendapatkan sebuah buku dari Penerbit Andi karena resume yang telah saya tulis dan posting tersebut. Resume yang beruntung itu  adalah https://yasnimenulis.blogspot.com/2020/10/menulis-itu-semudah-update-status.html. Bahagia sekali rasanya. Terimakasih Om Jay dan Penerbit Andi.

2.       Ikut komunitas menulis.

Ikut bergabung dalam komunitas menulis juga sangat perlu. Karena di dalam komunitas kita bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman tentang menulis, dan juga kita bisa membagikan tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah. Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Kita bebas memilih mana yang disukai dan sesuai dengan kriteria tulisan kita.

3.       Ikut lomba menulis

Lomba menulis sangat cocok bagi yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita akan sedikit dipaksa untuk menghasilkan sebuah tulisan sesuai denga tema yang telah ditentukan oleh panitia. Dengan demikian secara tidak langsung kita sudah mulai belajar menulis berbagai jenis tulisan. Di dalam proses pembelajaran terkadang pemaksaan juga diperlukan karena dengan adanya deadline waktu yang telah ditetapkan kita dipaksa untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Saya juga pernah mencoba mengikuti lomba menulis cerita anak dan Alhamdulillah tulisan saya termasuk dalam kategori 5 besar yang disyaratkan oleh panitia, tapi sayang sekali tidak ada tindak lanjut dari panitia penyelenggara.

4.       Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita

Saat kita masih mengalami kesulitan dalam menulis, maka mulailah dengan membuat tulisan tentang apa saja yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Misalnya hari ini kita ingin masak ikan saus tomat, maka kita bisa membuat tulisan tentang resep ikan saus tomat, bisa juga tentang betapa sukanya keluarga kita terhadap masakan ini, dan lain sebagainya. Namun jika hal inipun masih sulit untuk dilakukan, maka bisa kita buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari saja, yang penting menulis agar kemampuan semakin terasah.

5.       Menulis apa saja yang kita suka

Tips terakhir yang diberikan Bu Ditta yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya sangat mudah untuk menuliskannya. Boleh dikatakan kita menuliskan apa yang menjadi kesukaan atau hobby. Misalnya saja saat ini lagi suka main bola kaki, maka kita dapat menulis tentang apa saja yang berhubungan dengan bola kaki tersebut, apakah tentang club bola, baju, sepatu dan segala sesuatu yang berhubungan dengan permainan tersebut.

Itulah lima tips belajar menulis dari Bu Ditta yang dapat kita coba satu persatu agar kita dapat menghasilkan sebuah karya berupa buku. Dan akan menjadi pengukir sejarah dalam kehidupan kita nanti.

Ketika kita ingin menulis, tentulah kita butuh media. Lalu apa yang bisa kita jadikan sebagai media tersebut? Nah menulis itu bisa kita lakukan di berbagai media seperti blog, buku harian, HP, laptop atau platform menulis online seperti wattpad dan storial. Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis seperti facebook, Instagram, twitters dan lainnya. Menulis boleh dimana saja yang penting rutin dilaksanakan atau dibuat target berapa suatu tulisan yang harus diselesaikan dalam sehari, seminggu, sebulan, dan seterusnya.

Jika kita sudah menulis dengan rutin, itu artinya tulisan kita sudah terkumpul dalam jumlah tertentu. Maka langkah selanjutnya adalah tinggal menerbitkannya. Kumpulan tulisan yang ada di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau HP bisa dibukukan. Buku yang kita terbitkan apakah berupa buku solo atau buku berkolaborasi. Sebenarnya ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku tersebut. Misalnya saat kita menulis buku solo maka kita bebas menentukan tema dan waktu penyelesaiannya. Sedangkan jika menulis bersama, maka tulisan yang kita buat harus sesuai dengan tema yang telah ditentuan dan waktunya pun sesuai dengan yang dijadwalkan.

Namun enaknya kalau kolaborasi apalagi kalau kita jadi peserta, maka prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dan urusan lainnya harus diurus secara mandiri. Begitu pula dari segi biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa menjadi lebih murah.

Dalam menyelesaikan sebuah tulisan banyak sekali kendala yang dapat kita jumpai salah satunya adalah mood. Terkadang mood ini bisa timbul tenggelam sehingga tulisan kita akan terbengkalai. Dikesempatan kali ini Bu Ditta juga membagikan tips cara menjaga mood agar tidak malas menulis, dimana menurut Bu Ditta mood itu dapat dijaga dan dikembalikan dengan senyuman. Dengan tersenyum semua masalah akan teratasi, untuk itu tetaplah bersyukur dengan segala karunia Tuhan terhadap diri kita.

Pertemuan malam ini diakhiri narasumber dengan sebuah kalimat luar biasa yaitu  “Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki”.

Salam Literasi.

Aksi Nyata- Modul 1.4 Pembentukan dan Penerapan Keyakinan Kelas

 A.  Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter Prof...