Jumat, 13 November 2020

MEMULAI MENULIS ALA NENG GEULIS

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 16

Pemateri           : Ditta Widya Utami, S.Pd 

Moderator        : Bu Kanjeng

Inspirator         : Om Jay


 

Melihat flyer yang dibagikan digrup , semua peserta berdecak kagum dan memuji narasumber yang akan membagikan materi malam ini. Dengan antusias peserta menunggu waktu belajar di mulai. Semua seperti terhipnotis dan tidak sabar lagi menunggu pemateri untuk menyampaikan materi dan berbagi pengalaman di kelas ini. Sedikt berbeda memang apresiasi peserta dalam menanti kehadiran pemateri kali ini, apakah terpesona dengan usia muda dan wajahnya yang cantik? Entahlah.

Pemateri mala mini adalah Bu Ditta Widya Utami, S.Pd. Wanita cantik yang berprofesi sebagai guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat ini memang masih sangat muda sekali. Beliau kelahiran Subang, 23 Mei 1990. Ibu muda ini telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di kegiatan MGMP, Bu Ditta juga sangat aktif di bidang literasi dan telah menghasilkan buku karya tunggalnya dengan judul “Lelaki di Ladang Tebu”. Buku ini merupakan sebuah antologi cerpen pendidikan yang terbit di tahun 2020 dan beberapa buku hasil karya bersama. Pantas saja peserta sangat penasaran karena di usiannya yang sangat muda, beliau telah menghasilkan karya yang luar biasa.

Penyampaian materi diawali Bu Ditta dengan ucapan terima kasih kepada Om Jay yang telah memberikan  kepercayaan kepada beliau untuk kembali menjadi narasumber di kelas menulis ini. Dan Bu Ditta mengajak seluruh peserta untuk berdoa bersama untuk kesembuhan Om Jay. Memang beberapa hari belakangan ini Om Jay dalam kondisi tidak begitu sehat sehingga kurang aktif di kelas. Semoga dengan doa yang dipanjatkan bersama, Om Jay akan segera mendapatkan kepulihannya kembali,  Aamiiin.

Saat seseorang diminta untuk menulis dan menyelesaikan sebuah buku, maka hal pertama yang terjadi adalah tubuh akan menjadi lemah lunglai seperti kena serangan stroke. Tak ada langkah yang dapat dilakukan karena semua ide yang ada tiba-tiba akan hilang lenyap entah kemana. Tangan seperti kena asam urat yang sulit dan sakit jika dibawa menulis. Kalau sudah begini apa yang dapat dilakukan? Jangan khawatir karena ada beberapa tips dari Bu Ditta yang dapat kita dilakukan yaitu :

1.       Ikut kelas menulis.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis, seperti kelas menulis kita kali ini. Di kelas ini kita mendapat ilmu tentang kepenulisan, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga. Seperti yang diperoleh Bu Ditta saat bergabung di kelas Om Jay ini, beliau mendapatkan sebuah buku dari PGRI karena salah satu resume yang telah dibuatnya. Hal inipun pernah saya rasakan sesaat setelah saya memposting resume yang saya tulis di blog, tiba-tiba ada kejutan dari Om Jay dimana saya mendapatkan sebuah buku dari Penerbit Andi karena resume yang telah saya tulis dan posting tersebut. Resume yang beruntung itu  adalah https://yasnimenulis.blogspot.com/2020/10/menulis-itu-semudah-update-status.html. Bahagia sekali rasanya. Terimakasih Om Jay dan Penerbit Andi.

2.       Ikut komunitas menulis.

Ikut bergabung dalam komunitas menulis juga sangat perlu. Karena di dalam komunitas kita bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman tentang menulis, dan juga kita bisa membagikan tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah. Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Kita bebas memilih mana yang disukai dan sesuai dengan kriteria tulisan kita.

3.       Ikut lomba menulis

Lomba menulis sangat cocok bagi yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita akan sedikit dipaksa untuk menghasilkan sebuah tulisan sesuai denga tema yang telah ditentukan oleh panitia. Dengan demikian secara tidak langsung kita sudah mulai belajar menulis berbagai jenis tulisan. Di dalam proses pembelajaran terkadang pemaksaan juga diperlukan karena dengan adanya deadline waktu yang telah ditetapkan kita dipaksa untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Saya juga pernah mencoba mengikuti lomba menulis cerita anak dan Alhamdulillah tulisan saya termasuk dalam kategori 5 besar yang disyaratkan oleh panitia, tapi sayang sekali tidak ada tindak lanjut dari panitia penyelenggara.

4.       Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita

Saat kita masih mengalami kesulitan dalam menulis, maka mulailah dengan membuat tulisan tentang apa saja yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Misalnya hari ini kita ingin masak ikan saus tomat, maka kita bisa membuat tulisan tentang resep ikan saus tomat, bisa juga tentang betapa sukanya keluarga kita terhadap masakan ini, dan lain sebagainya. Namun jika hal inipun masih sulit untuk dilakukan, maka bisa kita buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari saja, yang penting menulis agar kemampuan semakin terasah.

5.       Menulis apa saja yang kita suka

Tips terakhir yang diberikan Bu Ditta yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya sangat mudah untuk menuliskannya. Boleh dikatakan kita menuliskan apa yang menjadi kesukaan atau hobby. Misalnya saja saat ini lagi suka main bola kaki, maka kita dapat menulis tentang apa saja yang berhubungan dengan bola kaki tersebut, apakah tentang club bola, baju, sepatu dan segala sesuatu yang berhubungan dengan permainan tersebut.

Itulah lima tips belajar menulis dari Bu Ditta yang dapat kita coba satu persatu agar kita dapat menghasilkan sebuah karya berupa buku. Dan akan menjadi pengukir sejarah dalam kehidupan kita nanti.

Ketika kita ingin menulis, tentulah kita butuh media. Lalu apa yang bisa kita jadikan sebagai media tersebut? Nah menulis itu bisa kita lakukan di berbagai media seperti blog, buku harian, HP, laptop atau platform menulis online seperti wattpad dan storial. Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis seperti facebook, Instagram, twitters dan lainnya. Menulis boleh dimana saja yang penting rutin dilaksanakan atau dibuat target berapa suatu tulisan yang harus diselesaikan dalam sehari, seminggu, sebulan, dan seterusnya.

Jika kita sudah menulis dengan rutin, itu artinya tulisan kita sudah terkumpul dalam jumlah tertentu. Maka langkah selanjutnya adalah tinggal menerbitkannya. Kumpulan tulisan yang ada di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau HP bisa dibukukan. Buku yang kita terbitkan apakah berupa buku solo atau buku berkolaborasi. Sebenarnya ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku tersebut. Misalnya saat kita menulis buku solo maka kita bebas menentukan tema dan waktu penyelesaiannya. Sedangkan jika menulis bersama, maka tulisan yang kita buat harus sesuai dengan tema yang telah ditentuan dan waktunya pun sesuai dengan yang dijadwalkan.

Namun enaknya kalau kolaborasi apalagi kalau kita jadi peserta, maka prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dan urusan lainnya harus diurus secara mandiri. Begitu pula dari segi biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa menjadi lebih murah.

Dalam menyelesaikan sebuah tulisan banyak sekali kendala yang dapat kita jumpai salah satunya adalah mood. Terkadang mood ini bisa timbul tenggelam sehingga tulisan kita akan terbengkalai. Dikesempatan kali ini Bu Ditta juga membagikan tips cara menjaga mood agar tidak malas menulis, dimana menurut Bu Ditta mood itu dapat dijaga dan dikembalikan dengan senyuman. Dengan tersenyum semua masalah akan teratasi, untuk itu tetaplah bersyukur dengan segala karunia Tuhan terhadap diri kita.

Pertemuan malam ini diakhiri narasumber dengan sebuah kalimat luar biasa yaitu  “Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki”.

Salam Literasi.

2 komentar:

Aksi Nyata- Modul 1.4 Pembentukan dan Penerapan Keyakinan Kelas

 A.  Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter Prof...