Minggu, 25 Juli 2021

Si Mangkok Kecil Dengan Sejuta Manfaat




Ranah Minang memang memiliki sejuta pesona yang sangat luar biasa. Jika anda berkunjung ke Ranah Bundo Kanduang ini pastilah anda akan disuguhi dengan berbagai jenis destinasi wisata yang sangat luar biasa indahnya. Seolah-olah tempat wisata di Sumatra Barat ini memberikan kenikmatan surga di dunia.

Selain tempat wisata yang sudah tidak diragukan lagi akan kemolekannya, Sumatera Barat juga menyuguhkan berbagai jenis makanan dan kerajinan sebagai oleh-oleh atau buah tangan bagi mereka yang berkunjung ke sana. Selama berada di provinsi ini, lidah anda juga akan dimanjakan dengan berbagai jenis kuliner yang sangat nikmat. Banyak sekali makanan yang berasal dari Sumatera Barat yang sudah terkenal ke seantero tanah air bahkan sampai ke mancanegara, seperti rendang, dendeng batokok, gulai kapau, pangek dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun, ada satu makanan khas Sumatra Barat yang tak kalah nikmatnya yaitu “Soto Padang”.

Bagi anda pecinta makanan berkuah, maka soto Padang bisa dijadikan menu andalan karena memiliki citra rasa yang sangat luar biasa. Soto Padang sudah terkenal sejak lama dan merupakan salah satu menu favorit di Sumatera Barat. Soto berkuah kaldu sapi yang kaya akan rempah alami ini disajikan dengan bahan irisan daging sapi yang sudah digoreng kering, soun, ditambah perkedel kentang, lalu dihidangkan saat panas-panas. Jangan lupa untuk menaburi irisan seledri, bawang goreng dan kerupuk merah yang sangat menggugah selera di atasnya. Sebagai pelengkap soto Padang ditambahkan dengan sambal lado dan irisan jeruk nipis. Soto ini biasanya disajikan dengan nasi. Luar biasa, apalagi dinikmati saat cuaca dingin.

Soto Padang sedikit berbeda dengan jenis soto lainnya seperti coto Makasar, soto Betawi, soto Medan, soto Banjar dan masih banyak lagi jenisnya. Soto Padang memiliki ciri khas pada irisan dagingnya yang terasa garing dan renyah tapi tetap empuk saat dinikmati bersama kuah yang panas. Saat proses pembuatannya, daging sapi yang telah dipotong direbus terlebih dahulu sampai empuk kemudian baru diiris tipis sebelum digoreng renyah. Air rebusannya dipakai untuk kuah soto dan dicampur dengan rempah-rempah alami. Mangkok tempat penyajiannya juga berbeda dari yang lain, ukurannya mungil namun memiliki lekukan yang dalam.

Selain nikmat untuk disantap, soto Padang juga memiliki kandungan gizi. Baik berupa energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, mineral dan juga berbagai jenis vitamin yang dibutuhkan oleh jaringan kulit untuk proses regenerasi sel-sel tubuh. Kulit pun akan tampak lebih kencang dan mulus. Semua kandungan gizi yang terdapat dalam soto Padang ini mampu memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh, sehingga tubuh juga terjaga kesehatanya. Selain itu soto Padang juga memiliki kandungan senyawa zat besi yang merupakan struktur penyusun sel darah merah sehingga siapa saja yang mengkonsumsinya akan terhindar dari penyakit kekurangan darah merah atau yang disebut anemia. Nah, tunggu apalagi. Mari kita nikmati kuliner Indonesia yang luar biasa ini.

Sabtu, 24 Juli 2021

Kampung Adat Nagari Sijunjung





Mendengar nama Sijunjung tentu tidak asing lagi bagi pecinta buah yang memiliki cita rasa sangat manis ini. Ya, Lansek Sijunjung sangatlah terkenal di Sumatra Barat. Selain Lansek, Sijunjung juga terkenal dengan daerah perkebunan sawit dan karet, serta juga merupakan daerah penghasil tambang. Dibalik semua itu ternyata Kabupaten Sijunjung menyimpan sebuah destinasi wisata yang sangat luar biasa indah yaitu "Perkampungan Adat Nagari Sijunjung". Sebuah perkampungan yang masih sangat kental memegang adat istiadat Ranah Minang.

Begitu menginjakkan kaki di perkampungan ini, hawa adat minang sangat terasa karena mata kita langsung disuguhi dengan pemandangan rumah gadang yang berjejer dan berdiri kokoh sebanyak 76 buah rumah. Rumah ini menjadi tempat acara adat istiadat dilangsungkan sekaligus menjadi hunian masyarakat setempat dari enam suku yang ada di nagari ini yaitu Chaniago, Piliang, Malayu, Tobo, Panai, dan Malayu Tak Timbago. Karena rumah gadang ini menjadi hunian penduduk maka senantiasa terawat dengan baik, jika ada yang rusak akan langsung diperbaiki.

Dikelilingi oleh perbukitan menjadikan alam kampung ini sangat asri dan sejuk, rumah gadang yang tertata dengan rapi serta pekarangan yang bersih sungguh membuat para pengunjung terpesona. Jika ingin menginap diperkampungan ini, kita dapat menyewa salah satu rumah gadang sambil menikmati peran kehidupan menjadi orang minang sesungguhnya yang memiliki roh matrilinial (garis keturunan dari ibu), sehingga kepemilikan rumah gadang dipegang oleh kaum perempuan secara turun temurun.



Merasakan sensasi tinggal di rumah gadang merupakan suatu anugrah yang luar biasa. Anda penasaran?. Silahkan berkunjung ya.... 



Sijunjung, 3 Juli 2021

Minggu, 04 Juli 2021

MUSEUM MBAH SURO

 

                                                                                   Sawahlunto, 27 Juni 2021


MUSEUM MBAH SURO


Sawahlunto adalah merupakan salah satu kota di Sumatera Barat yang sering aku lewati jika pulang ke kampung halaman ku. Namun secara khusus belum pernah aku singgah untuk menikmati keindahan dan sejarah kota ini. Kali ini aku menyempatkan diri untuk berkunjung ke sana dengan membawa keluarga dan anak-anak agar mereka juga tau tentang sejarah yang ada di kota ini.

Tujuan awal yang ingin aku kunjungi sebenarnya adalah museum kereta api, karena tempat inilah yang sudah sering aku dengar dikunjungi oleh para wisatawan. Sebelum sampai di museum tersebut aku melihat plang penunjuk arah bertuliskan museum Mbah Suro. Aku malah jadi penasaran setelah membaca tulisan di plang tersebut, karena nama Mbah Suro biasanya adalah panggilan untuk orang tua suku Jawa, tapi kok ada museumnya di Sumatera Barat.

Dari rasa penasaran tersebut akhirnya aku dan keluarga sepakat untuk berkunjung ke museum Mbah Suro tersebut. Tapi yang membuat aku lebih penasaran adalah lubang tambangnya. Begitu sampai di lokasi aku malah kebingungan karena jalan yang pas-pasan untuk mobil dan bahkan seperti tidak ada tempat parkir karena di kiri dan kanan jalan adalah rumah penduduk, membuat aku sedikit bertanya-tanya dalam hati,"bagaimana cara untuk masuk ke sana?". Akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ke gedung museum tersebut untuk bertanya. Ternyata di dalam ada pegawai museum yang siap melayani dan memandu para pengunjung untuk dapat masuk ke dalam lubang tambang Mbah Suro dan pengunjung boleh parkir dimana saja karena tempat di sekitar museum sudah menjadi wilayah museum semua.

Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 10.000 perorang, aku dan keluarga dibawa oleh pemandu museum untuk melihat peninggalan sejarah berupa rantai yang digunakan oleh kolonial Belanda untuk mengikat kaki para pekerja tambang batu bara di sini. Ya, Sawahlunto adalah merupakan situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara yang terletak di lembah sempit di sepanjang pegunungan Bukit Barisan. Lubang bekas tambang batu bara Mbah Suro menyimpan sejarah kelam tentang orang rantai.

Orang rantai adalah sebutan bagi para pekerja tambang di Sawahlunto. Mereka dikirim dari berbagai daerah di Hindia Belanda termasuk Batavia. Mereka adalah pesakitan yakni tahanan kriminal atau politik dari wilayah Jawa, Bali dan Sumatera. Mereka dibawa ke Sawahlunto dengan kaki, tangan, dan leher diikat rantai. Mereka dipaksa bekerja sebagai kuli tambang batu bara dengan kondisi kaki, tangan, dan leher yang masih dirantai tanpa di upah dan bahkan tidak dikasih makan.


Setelah menjelaskan tentang orang rantai, aku dan keluarga baru diperkenankan untuk memasuki lubang bekas tambang Mbah Suro dengan terlebih dahulu kami dipersilahkan untuk memakai sepatu dan topi sebagai pengaman ketika berada di dalam lubang nantinya. Sebelum memasuki lubang kami diperkenankan untuk berfoto di depan lubang dan dilanjutkan dengan memanjatkan doa bagi para korban pekerja paksa yang terkubur di dalam lubang. Lubang ini memiliki lebar 2 meter dengan ketinggian 2 meter juga. Sementara kedalaman Lubang Mbah Suro mencapai 15 meter dari permukaan tanah, serta memiliki panjang 1,5 kilometer di bawah Kota Sawah Lunto. Walaupun demikian lubang ini cukup aman bagi pengunjung karena telah dilengkapi dengan oksigen di sepanjang lubang.


Ada beberapa lorong di dalam lubang yang ditutup sementara karena lebih banyak berdampak negatif kepada para pengunjung seperti kesurupan, dan sakit setelah melihat lorong tersebut. Semakin jauh berjalan kami semakin penasaran dengan penamaan lubang ini. Akhirnya sampailah kami pada satu lorong dan kami berhenti tepat di depan lorong tersebut. Di sana tampak dengan jelas tulisan Mbah Suro dan pemandu langsung menjelaskan bahwa Mbah Suro adalah merupakan seorang mandor orang rantai. Beliau memilki nama lengkap Soerono yang terkenal memiliki ilmu kebal dan ilmu kebatinan yang sangat tinggi sehingga menjadi panutan serta disegani oleh warga sekitar. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh kolonial Belanda agar Mbah Suro dapat bekerja siang dan malam tanpa merasakan lelah.

Mbah Suro dengan senang hati menerima pekerjaan tersebut karena beliau memiliki niat yang sangat mulia yaitu ingin membebaskan para orang rantai yang dipaksa bekerja oleh Belanda dengan kekuasaan dan ilmu yang dimilikinya. Karena keteladanan dan kemuliaan sikap Mbah Suro tersebut maka nama beliau diabadikan untuk nama lubang tempat beliau dan para orang rantai bekerja. Mbah Suro meninggal sebelum tahun 1930 dan ia dimakamkan di pemakaman orang rantai yakni di Tanjung Sari, Kota Sawahlunto.


Penjelasan dari pemandu membuat rasa penasaran kami hilang, dan kami mulai bergerak keluar lubang menuju ke museum kembali. Semoga arwah para pekerja paksa mendapat tempat yang terbaik di sisi Yang Maha Kuasa, Aamiiin....


Aksi Nyata- Modul 1.4 Pembentukan dan Penerapan Keyakinan Kelas

 A.  Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter Prof...