Selasa, 17 November 2020

BUKU KOMPILASI ARTIKEL

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 19

Pemateri           : Taufik Hidayat SE, S.Si, M.Si.( 0812-9463-0266)

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Seperti beberapa kali pertemuan belakangan ini, sebelum kelas dimulai peserta diajak oleh moderator untuk memanjatkan doa demi kesembuhan sang inspirator kelas ini. Om Jay memang saat ini lagi sakit yang dikabarkan terinveksi virus covid-19. Peserta diminta untuk membacakan surah Alfatihah. Semoga dengan doa yang dipanjatkan oleh peserta Om Jay dapat segera sembuh.

Kembali malam ini yang bertindak sebagai nahkoda kelas adalah Ibu Aam Nurhasanah dari Lebak. Ibu moderator memperkenalkan sang narasumber yang akan memberikan materi, beliau adalah Bapak Taufik Hidayat, S.E, S.Si, M.Si. Pak Taufik yang memiliki nama pena TAUFIK UIEKS adalah seorang dosen dan penulis buku. Memiliki karier didunia penerbangan membuat beliau mampu menyinggahi 70 negara dan 5 benua. Sungguh sangat luar biasa.

Sebelum menyampaikan materi Pak Taufik meminta izin untuk menunaikan sholat Isya terlebih dahulu. Namun sebelumnya beliau telah menitipkan hidangan yang bisa dinikmati oleh para peserta sambil menunggu kehadirannya di kelas. Akupun ikut mencicipi suguhan tersebut, dan ternyata wow. Sangat diluar dugaan, ada misteri di sebuah kota yang penuh dengan gemerlapnya kehidupan dunia malam. Siapa sangka kota metropolitan yang cukup terkenal dibelahan dunia ternyata ada arwah yang gentayangan di deretan Theatre yang menjadi salah satu ikon Manhattan.

Lumayan banyak kisah misteri dari perjalanan sang narasumber yang disuguhkannya, dan diantaranya terselip sebuah tulisan berupa artikel tentang masjid Niujie di Beijing dalam buku jejak langkah menuju Baitullah jilid ke 3. Ditengah lagi asiknya menikmati tulisan demi tulisan tersebut, tanpa disadari Pak Taufik telah memasuki kelas. Dengan mengucapkan salam dan meminta maaf kepada para peserta kelas atas keterlambatannya untuk hadir di kelas. Tanpa membuang waktu lagi Ibu moderator langsung mempersilahkan Pak Taufik untuk berbagi cerita tentang pengalamannya dalam menulis.

Pada kesempatan kali ini Pak Taufik akan bercerita tentang pengalaman beliau menulis bedasarkan perjalanan yang dilakukan. Dari suatu kisah perjalanan bisa menjelma menjadi sebuah tulisan yang berbentuk artikel atau bahkan menjadi sebuah buku. Banyak kisah perjalanan yang beliau tulis di blog, majalah seperti majalah Intisari, majalah Angkasa, majalah Colour Garuda dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan sebagian dari tulisan beliau tersebut dituliskannya dalam bentuk buku. Berikut adalah beberapa buku karangan Pak Taufik dengan menggunakan nama pena Taufik Uieks yang sudah mulai beliau tulis sejak tahun 2004:

1.       Mengenbara ke masjid-masjid di pelosok dunia (Peniti Media tahun 2015).

2.       1001 masjid di 5 benua  (Mizan 2016).

3.       Jejak langkah menuju Baitullah jilid 1-3 (Tahun 2020).

4.       Tanasya ke Masa Depan Jikid 1-2

Setiap perjalanan yang dilakukannya selalu beliau abadikan dalam tulisan baik berupa artikel maupun buku. Agar bisa merubah perjalanan menjadi sebuah artikel, menurut Pak Taufik ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya adalah:

1.       Mengamati.

2.       Membuat foto

3.       Diskusi wawancara

4.       Mencari informasi tambahan

5.       Mencari keunikan

6.       Merangkum dalam tulisan

Bagi Pak Taufik sendiri melakukan perjalanan apalagi ke mancanegara adalah merupakan momen untuk mengetahui mengenai budaya, bahasa, kebiasaan dan sejarah tempat yang dikunjungi. Lalu kita dapat menceritakannya kembali berdasarkan foto yang ada, mengingat kembali detail keadaan ruangan arsitektur bangunan, bahkan yang tidak kalah pentingnya kita juga harus memperhatikan siapa saja yang ada dan suasana di sekitar tempat tersebut.

Selanjutnya Pak Taufik memberikan sebuah contoh tulisan beliau yang berupa artikel dan dimuat di majalah Intisari dengan judul “Langlang untuk Pak Taufik”. Artikel ini adalah merupakan contoh dimana kita bisa menceritakan pengalaman travelling dengan foto-foto dan menuliskannya untuk majalah agar bisa dinikmati orang banyak. Kita dapat menggunakan bahasa yang sederhana tetapi menarik. Jadi kita coba menciptakan semacam branding pada tulisan kita, jelasnya. Di setiap tulisannya, Pak Taufik selalu memasukkan sedikit dialog atau percakapan dalam bahasa lokal walau hanya bisa sedikit-sedikit. Hal ini akan membuat tulisan beliau menjadi lebih menarik dan hidup.

Selanjutnya Pak Taufik berbagi pengalaman tentang menulis buku. Dimana buku yang dihasilkan beliau adalah hasil dari kompilasi dari beberapa artikel dengan tema yang sama. Jadi beliau mengumpulkan artikel-artikelnya yang memiliki tema sama, dan setelah terkumpul barulah diterbitkan menjadi sebuah buku. Contonya adalah tentang perjalanan beliau ke masjid-masjid. Satu demi satu artikel mengenai masjid dikumpulkan dan kalau sudah banyak bisa menjadi buku.

Sepertinya narasumber malam ini menjadikan masjid sebagai sasaran utama beliau jika berkunjung ke suatu tempat. Ini dapat dilihat dari jumlah tulisan beliau tentang masjid. Setiap kali beliau mampir ke sebuah masjid maka beliau akan usahakan untuk mengabadikannya berupa foto dan tulisan. Menurut Pak Taufik tidak mudah mencari masjid di luar negeri. Memang ada sih yang gampang, tetapi juga ada yang sangat susah sekali seperti di Athena Yunani.

Selama melanglangbuana sudah banyak artikel yang dihasilkan oleh Pak Taufik. Tulisan beliau sangat mudah dijumpai diberbagai media dengan nama pena Taufik Uieks. Kita bisa jumpai tulisan beliau pada beberapa link berikut:

1.       https://en.minanews.net/taufik-uieks-masjid-wander-50-countries/

2.    https://www.kompasiana.com/taufikuieks/54f38056745513a42b6c77f2/di-brunei-belajar-bahasa-cina-gratis-loh

3.      https://www.risalahmisteri.com/detail/524/gadis-bergaun-putih-dari-buenos-aires

4. https://www.kompasiana.com/taufikuieks/5519e38ba33311681cb65971/secangkir-kopi-untuk-perdamaian-dari-rwanda

5.  https://www.kompasiana.com/taufikuieks/5508ea28813311931cb1e273/menjadi-marbot-di-masjid-bawah-tanah-di-athena-lawatan-ke-masjid-masjid-di-mancanegara-10

Pertemuan malam ini diakhiri Pak Taufik dengan membagikan motto hidupnya:

“Hidup adalah suatu perjalanaan, karena itu  kita harus selalu siap akan kejutan-kejutannya yang nikmat”.

Sabtu, 14 November 2020

MENGUBAH EKSPEKTASI MENJADI PRESTASI

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 17

Pemateri           : Jamila K. Baderan, M.Pd 

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Entah mengapa menyambut pertemuan malam ini, grup terlihat lebih sepi dari malam-malam sebelumnya. Apakah semua peserta di kelas ini memiliki kegiatan yang luar biasa di hari ini secara serentak, sehingga tidak sempat untuk singgah di kelas ini?. Ataukah kondisi Om Jay yang masih kurang sehat? Pertanyaan itu bermain di pikiran saya. Jarum jam terus berjalan hingga mendekati waktu pertemuan, tidak ada saya jumpai flyer pemateri. Sampai akhirnya pertemuan di mulai.

Seperti biasanya moderator hebat kita Bu Aam Nurhasanah membuka pertemuan malam ini dengan terlebih dahulu mengunci grup agar peserta fokus dalam menyimak materi yang akan disajikan oleh narasumber. Selanjutnya Ibu moderator memperkenalkan narasumber yang akan berbagi pengalaman dengan peserta, beliau adalah Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd.

Ibu Jamila lahir di Sidodadi pada tanggal 14 Juni 1978 dan merupakan salah seorang guru di SDN No. 30 Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.. Ibu dari empat orang anak ini sungguh luar biasa dalam menulis. Beliau telah memiliki dua buah buku hasil karya tunggal dan satu buku karya bersama. Sebelum sesi materi dimulai, kembali moderator mengajak peserta untuk kembali sejenak memanjatkan do’a untuk kesembuhan Om Jay dengan membaca surah Alfatihah.

Di awal penyampaian materi, Ibu Jamila memulainya dengan pembahasan tentang ekspektasi. Menurut beliau setiap orang pasti memiliki ekspektasi terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukannya. Seperti kita para peserta kelas menulis ini, saat bergabung dalam kelas ini memiliki ekspektasi untuk menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang akan dikenal dan dikenang masyarakat ketika kita sudah tiada nantinya. Jejak litersi tersebut adalah berupa sebuah buku. Untuk itulah kita bergabung dalam kelas ini agar kita mampu melakukan pengembangan diri dan mengeksplor kompetensi diri kita dalam menulis. Namun sangat disayangkan, ekspektasi tidak selalu berbarengan dengan realita. Sehingga Bu Jamila mengatakan bahwa ekspektasi tak seindah kenyataan, yang dituangkannya dalam buku ke-2 beliau yang diterbitkan pada tahun 2019 lalu.

Berkaitan dengan ekspektansi di kelas ini yaitu tentang menulis, maka kita sebagai peserta memiliki harapan terbesar untuk mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat, kalimat menjadi sebuah paragraf yang menarik. Rangkaian paragraph akan menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Bu Jamilah mengungkapkan bahwa menulis adalah hal yang sangat mudah. Namun, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain munculah masalah besar. Diantaranya adalah: (1) bagaimana memulai sebuah tulisan?, (2) apa ide/topik yang harus kita tulis?, dan (3) apakah tulisan saya menarik?.

Menurut nasasumber hebat kita bahwa tantangan menulis terbesar sebenarnya ada pada diri kita sendiri. Tantangan itu adalah mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah, karena untuk mewujudkan ekspektasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.  Ada dua hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.

Saat kita sudah memiliki keinginan untuk merubah ekspektasi menjadi kenyataan bahkan menjadi sebuah prestasi, saat itu pula kita dituntut untuk memiliki kenekatan, niat, tekad, serta konsistensi yang kuat. Ibu Jamila sudah membuktikan hal ini saat beliau ditantang menulis oleh Prof. Eko dan akhirnya beliau membuktikan bahwa tulisannya lolos tanpa revisi. Maka dari pengalaman ini Bu Jamila mengambil pelajaran tentang beberapa hal yang harus dilakukan dalam menulis yaitu:

1.       Tulislah apa yang ingin kita tulis.

2.       Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.

3.       Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan.

4.       Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.

5.       Menulis jangan terlalu lama.

6.     Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai adalah pembaca.

Selanjutnya Ibu narasumber menyampaikan bahwa kendala yang biasa kita hadapi saat akan memulai menulis adalah kebingungan mencari ide. Nah, untuk mengatasi hal ini bisa dimulai dari menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Baik itu berupa perasaan, kejadian penting, hobby, dan pekerjaan. Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran, tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dan lain sebagainya. Setiap kalimat yang terlintas dalam pikiran kita segera di tulis. Menuliskannya boleh dimana saja karena hal ini kita lakukan hanyalah untuk menjaga agar ide yang sudah ada tidak hilang.

Memulai menulis itu sangat berat apalagi jika kita tidak memiliki hobi menulis, untuk itu sangat dibutuhkan tekad dan niat yang kuat. Walaupun kita tidak hobi menulis, dan kegitan menulis hanyalah kegiatan iseng belaka. Namun jika dilatih maka akan dapat menjadi suatu keterampilan yang baik, karena menulis itu butuh perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat. Agar kita dapat menulis dengan baik maka yang kita lakukan adalah memperbanyak membaca buku sebagai sumber informasi. Menulis tanpa membaca akan sia-sia karena menulis dan membaca dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik.

Berbagi pengalaman diakhiri Ibu Jamila dengan memberikan kesimpulan materi pertemuan malam ini bahwa menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita

Salam Literasi!

Jumat, 13 November 2020

MEMULAI MENULIS ALA NENG GEULIS

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 16

Pemateri           : Ditta Widya Utami, S.Pd 

Moderator        : Bu Kanjeng

Inspirator         : Om Jay


 

Melihat flyer yang dibagikan digrup , semua peserta berdecak kagum dan memuji narasumber yang akan membagikan materi malam ini. Dengan antusias peserta menunggu waktu belajar di mulai. Semua seperti terhipnotis dan tidak sabar lagi menunggu pemateri untuk menyampaikan materi dan berbagi pengalaman di kelas ini. Sedikt berbeda memang apresiasi peserta dalam menanti kehadiran pemateri kali ini, apakah terpesona dengan usia muda dan wajahnya yang cantik? Entahlah.

Pemateri mala mini adalah Bu Ditta Widya Utami, S.Pd. Wanita cantik yang berprofesi sebagai guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat ini memang masih sangat muda sekali. Beliau kelahiran Subang, 23 Mei 1990. Ibu muda ini telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di kegiatan MGMP, Bu Ditta juga sangat aktif di bidang literasi dan telah menghasilkan buku karya tunggalnya dengan judul “Lelaki di Ladang Tebu”. Buku ini merupakan sebuah antologi cerpen pendidikan yang terbit di tahun 2020 dan beberapa buku hasil karya bersama. Pantas saja peserta sangat penasaran karena di usiannya yang sangat muda, beliau telah menghasilkan karya yang luar biasa.

Penyampaian materi diawali Bu Ditta dengan ucapan terima kasih kepada Om Jay yang telah memberikan  kepercayaan kepada beliau untuk kembali menjadi narasumber di kelas menulis ini. Dan Bu Ditta mengajak seluruh peserta untuk berdoa bersama untuk kesembuhan Om Jay. Memang beberapa hari belakangan ini Om Jay dalam kondisi tidak begitu sehat sehingga kurang aktif di kelas. Semoga dengan doa yang dipanjatkan bersama, Om Jay akan segera mendapatkan kepulihannya kembali,  Aamiiin.

Saat seseorang diminta untuk menulis dan menyelesaikan sebuah buku, maka hal pertama yang terjadi adalah tubuh akan menjadi lemah lunglai seperti kena serangan stroke. Tak ada langkah yang dapat dilakukan karena semua ide yang ada tiba-tiba akan hilang lenyap entah kemana. Tangan seperti kena asam urat yang sulit dan sakit jika dibawa menulis. Kalau sudah begini apa yang dapat dilakukan? Jangan khawatir karena ada beberapa tips dari Bu Ditta yang dapat kita dilakukan yaitu :

1.       Ikut kelas menulis.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis, seperti kelas menulis kita kali ini. Di kelas ini kita mendapat ilmu tentang kepenulisan, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga. Seperti yang diperoleh Bu Ditta saat bergabung di kelas Om Jay ini, beliau mendapatkan sebuah buku dari PGRI karena salah satu resume yang telah dibuatnya. Hal inipun pernah saya rasakan sesaat setelah saya memposting resume yang saya tulis di blog, tiba-tiba ada kejutan dari Om Jay dimana saya mendapatkan sebuah buku dari Penerbit Andi karena resume yang telah saya tulis dan posting tersebut. Resume yang beruntung itu  adalah https://yasnimenulis.blogspot.com/2020/10/menulis-itu-semudah-update-status.html. Bahagia sekali rasanya. Terimakasih Om Jay dan Penerbit Andi.

2.       Ikut komunitas menulis.

Ikut bergabung dalam komunitas menulis juga sangat perlu. Karena di dalam komunitas kita bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman tentang menulis, dan juga kita bisa membagikan tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah. Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Kita bebas memilih mana yang disukai dan sesuai dengan kriteria tulisan kita.

3.       Ikut lomba menulis

Lomba menulis sangat cocok bagi yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita akan sedikit dipaksa untuk menghasilkan sebuah tulisan sesuai denga tema yang telah ditentukan oleh panitia. Dengan demikian secara tidak langsung kita sudah mulai belajar menulis berbagai jenis tulisan. Di dalam proses pembelajaran terkadang pemaksaan juga diperlukan karena dengan adanya deadline waktu yang telah ditetapkan kita dipaksa untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Saya juga pernah mencoba mengikuti lomba menulis cerita anak dan Alhamdulillah tulisan saya termasuk dalam kategori 5 besar yang disyaratkan oleh panitia, tapi sayang sekali tidak ada tindak lanjut dari panitia penyelenggara.

4.       Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita

Saat kita masih mengalami kesulitan dalam menulis, maka mulailah dengan membuat tulisan tentang apa saja yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Misalnya hari ini kita ingin masak ikan saus tomat, maka kita bisa membuat tulisan tentang resep ikan saus tomat, bisa juga tentang betapa sukanya keluarga kita terhadap masakan ini, dan lain sebagainya. Namun jika hal inipun masih sulit untuk dilakukan, maka bisa kita buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari saja, yang penting menulis agar kemampuan semakin terasah.

5.       Menulis apa saja yang kita suka

Tips terakhir yang diberikan Bu Ditta yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya sangat mudah untuk menuliskannya. Boleh dikatakan kita menuliskan apa yang menjadi kesukaan atau hobby. Misalnya saja saat ini lagi suka main bola kaki, maka kita dapat menulis tentang apa saja yang berhubungan dengan bola kaki tersebut, apakah tentang club bola, baju, sepatu dan segala sesuatu yang berhubungan dengan permainan tersebut.

Itulah lima tips belajar menulis dari Bu Ditta yang dapat kita coba satu persatu agar kita dapat menghasilkan sebuah karya berupa buku. Dan akan menjadi pengukir sejarah dalam kehidupan kita nanti.

Ketika kita ingin menulis, tentulah kita butuh media. Lalu apa yang bisa kita jadikan sebagai media tersebut? Nah menulis itu bisa kita lakukan di berbagai media seperti blog, buku harian, HP, laptop atau platform menulis online seperti wattpad dan storial. Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis seperti facebook, Instagram, twitters dan lainnya. Menulis boleh dimana saja yang penting rutin dilaksanakan atau dibuat target berapa suatu tulisan yang harus diselesaikan dalam sehari, seminggu, sebulan, dan seterusnya.

Jika kita sudah menulis dengan rutin, itu artinya tulisan kita sudah terkumpul dalam jumlah tertentu. Maka langkah selanjutnya adalah tinggal menerbitkannya. Kumpulan tulisan yang ada di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau HP bisa dibukukan. Buku yang kita terbitkan apakah berupa buku solo atau buku berkolaborasi. Sebenarnya ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku tersebut. Misalnya saat kita menulis buku solo maka kita bebas menentukan tema dan waktu penyelesaiannya. Sedangkan jika menulis bersama, maka tulisan yang kita buat harus sesuai dengan tema yang telah ditentuan dan waktunya pun sesuai dengan yang dijadwalkan.

Namun enaknya kalau kolaborasi apalagi kalau kita jadi peserta, maka prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dan urusan lainnya harus diurus secara mandiri. Begitu pula dari segi biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa menjadi lebih murah.

Dalam menyelesaikan sebuah tulisan banyak sekali kendala yang dapat kita jumpai salah satunya adalah mood. Terkadang mood ini bisa timbul tenggelam sehingga tulisan kita akan terbengkalai. Dikesempatan kali ini Bu Ditta juga membagikan tips cara menjaga mood agar tidak malas menulis, dimana menurut Bu Ditta mood itu dapat dijaga dan dikembalikan dengan senyuman. Dengan tersenyum semua masalah akan teratasi, untuk itu tetaplah bersyukur dengan segala karunia Tuhan terhadap diri kita.

Pertemuan malam ini diakhiri narasumber dengan sebuah kalimat luar biasa yaitu  “Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki”.

Salam Literasi.

Sabtu, 07 November 2020

STRATEGI PEMASARAN BUKU SAAT PANDEMI COVID-19

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 15

Pemateri           : Agustinus Subardana 

Moderator        : Rizky Kurnia Rahman

Inspirator         : Om Jay

 

 

Semakin lama kelas ini semakin menyenangkan, selalu ada kejutan-kejutan baru yang disajikan. Seperti malam ini peserta dikejutkan dengan moderator baru Bapak Rizky Kurnia Rahman, dimana beliau ini adalah merupakan ketua kelas dalam kelas belajar menulis online ini. Semua peserta memberikan apresiasi yang luar biasa terhadap Pak Rizky. Saat belajar tiba Pak Rizky membuka kelas dengan mengucapkan Basmallah dan dilanjutkan dengan menyapa peserta di kelas ini. Sang moderator keren memperkenalkan diri sejenak sebelum pembelajaran dimulai. Mas Rizky begitu beliau biasa dipanggil karena memang berasal dari Jawa hanya saja sekarang tinggal di Sulawesi Tenggara. Mas Rizky bertugas di Al-Wahdah, Bombana, Sulawesi Tenggara dan mengajar di kelas VII SMP dan XI SMA dengan mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Setelah memperkenalkan diri, Mas Rizky mempersilahkan narasumber yaitu Bapak Agustinus Subardana untuk menyampaikan materi. Pak Agus sendiri merupakan tim dari Penerbit Andi Yogyakarta, sama dengan Bapak Joko Irawan Mumpuni dan Bapak Edi S. Mulyanta yang telah memberikan materi pada pertemuan sebelumnya. Tema yang diangkat oleh Pak Agustinus kali ini adalah "Strategi Pemasaran Buku Saat Pendemi Covid 19".

Dengan gamblang beliau menyampaikan bahwa perkembangan industri penerbitan buku dipicu oleh alasan keuntungan yang relatif besar dibandingkan industri lain khususnya barang konsumsi. Hal ini dikarenakan buku merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan sarana utama bagi proses pembelajaran serta sarana  penyampaian informasi. Efeknya, semakin hari kebutuhan masyarakat terhadap buku semakin meningkat sehingga menciptakan peluang usaha bagi pengusaha yang bergerak di bidang penerbitan buku. Saat ini saja sudah terdapat 1.328 penerbit yang terdaftar sebagai anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

Tak disangka-sangka awal bulan Maret tahun 2020 negara kita dilanda wabah Covid 19 yang menyebabkan lumpuhnya perekonomian masyarakat termasuk pelaku usaha penerbitan buku. Dampak penjualan buku selama Covid 19 sangat dirasakan betul oleh pelaku usaha di bidang penerbitan buku dan yang paling dirasakan sekali adalah :

1.    Jaringan toko buku tutup selama pandemi Covid 19.

2.   Rasa khawatir yang tinggi akan tertular Covid dari pengunjung toko buku sehingga toko sangat sepi.

3.    Terjadi penurunan omset toko buku yang mencapai 60% - 90%.

4.     Pelaku usaha penerbitan buku mengurangi jumlah terbit buku baru dan pendistribusian bukunya.

5.    Banyak penerbit yang gulung tikar alias bangkrut sehingga tidak berproduksi lagi.

6.   Penerbit yang langsung memasarkan bukunya ke sekolah-sekolah, Perguruan Tinggi, dan instansi lain tidak bisa bertemu langsung sehingga penawaran tidak maksimal.

7. Konsumen buku mengurangi pembelian buku karena dana yang ada diorientasikan untuk membeli alat-alat kesehatan.

 

Grafik penurunan penjualan buku di Gramedia selama pendemi Covid 19. 

Pada grafik yang disajikan di atas tampak jelas terjadi penurunan penjualan buku yang sudah dimulai pada awal maret 2020 dan penurunan yang paling drastic terjadi pada bulan April 2020 yang mencapai titik terendah. Namun di bulan Juni took buku gramedia sudah mulai buka lagi tapi pengunjung masih belum banyak karena khawatir akan penularan Covid 19.

Untuk mempertahankan industri penerbitan buku selama pandemi Covid 19 ini agar tetap terus hidup dan dapat mencapai hasil penjualan buku yang maksimal maka perlu  strategi pemasaran. Strategi pemasaran pada umumnya di pengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1.       Faktor mikro yaitu perantara, pemasok, pesaing dan masyarakat.

2.       Faktor makro yaitu demografi-ekonimi, politik-hukum, teknologi-fisik dan sosial-budaya.

Menurut Pak Agustinus saat ini penerbit Andi dalam menjalankan bisnis penerbitan bukunya tergolong ke dalam strategi pemasaran faktor mikro dan makro. Hal ini dikarenakan Penerbit Andi termasuk kategori industri penerbitan buku yang usianya sudah mencapai 40 tahun. Dan telah menerbitkan buku lebih dari 15.000 judul buku yang di kelompokkan menjadi 32 katagori. Selanjutnya beliau menjelaskan ada dua strategi pemasaran buku yang telah dilakukan oleh PT Andi yaitu strategi pemasaran buku serangan udara (online) dan strategi pemasaran buku serangan darat (ofline) dengan berlandaskan pada faktor makro dan faktor mikro.

A.     Strategi Pemasaran Buku Serangan Udara. (online )

1. Pentingnya Transformasi Digital

Dampak dari pandemi Covid-19 telah mengubah dunia menuju era Low Touch Economy. Era ini ditandai dengan interaksi antar individu yang minim sentuhan fisik atau low-touch, keharusan mengecek kesehatan dan keselamatan, perilaku yang baru hingga pergeseran di sektor-sektor industri., terutama sektor industri perbukuan. Strateginya yang utama yang dipakai adalah Digital Marketing dalam melakukan transformasi mendasar pada bisnis penerbitan buku. Adapun manfaat Digital Marketing antara lain adalah:

1.         Biaya lebih murah

2.         Daya jangkauan sangat luas

3.         Mudah menentukan target pasar buku yang akan di tawarkan sesuai kategori

4.         Komunikasi dengan konsumen sangat mudah dan cepat

5.         Lebih cepat populer

6.         Sangat membantu memudahkan penjualan

7.         Mudah dievaluasi dan dikembangkan kearah yang lebih baik.

Strategi pemasaran yang sangat gencar digunakan adalah promosi dan penjualan lewat dunia maya atau webside. Dimana webside ini merupakan markas besar untuk penjualan buku yang dapat kita isi dengan banyak berupa produk, harga, promosi, layanan testimoni dan lain sebagainya. Untuk penjualan buku lewat online ini menurut Pak Agustinus penerbit Andi harus terus proaktif untuk melakukan promosi agar dapat :

1.     Menyebarkan informasi produk secara masif kepada target pasar potensial

2.  Mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada sehingga kesetiaan konsumen terjaga.

3.       Menjaga kesetabilan penjualan saat kondisi pasar lagi lesu

4.      Menaikan penjualan dan profit

5.      Membandingkan dan keunggulan produk dibandingkan dengan pesaing

6.      Membentuk citra produk dibenak mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan

7.  Mengubah tingkah laku (yang kurang minat beli menjadikan tertarik beli) , persepsi dan pendapat konsumen.

2. Pemasaran buku lewat komunitas

Saat ini kita memiliki banyak sekali komunitas yang dapat dimanfaatkan sebagai ajang promosi dan penjualan buku yang kita tulis. Kita harus proaktif berkomunikasi dan berinterakdi di dalam komunitas tersebut. Promosi dan penjualan buku lewat komunitas akan lebih efektif dan efisien sehingga tingkat keberhasilannya lebih tinggi.

B.      Strategi Pemasaran Buku Serangan Darat (Ofline).

Untuk menguasai seluruh wilayah nusantara ini dalam pasar buku, maka harus dilakukan pemetaan wilayah dengan membuka cabang disetiap kota besar yang potensi pasarnya sangat baik. Strategi pemasaran buku serangan darat ini dapat dikelompokkan berdasarkan target pasar yang dituju, antara lain :

1.       Toko Buku

Toko buku dapat dipetakan menjadi tiga jenis yaitu toko buku modern, toko buku semi modern, dan toko buku tradisional. Contoh toko buku modern yaitu Gramedia Books Store, Gunung Agung Books Store dan TogaMas Books Store. Toko Modern ini mempunyai sistem transaksi mengikuti perkembangan teknologi yang dapat dikendalikan dengan sistem sentralisasi dan sebagainya. Adapun toko buku semi modern biasanya masih dikendalikan dan menggunakan sistem administasi penjualan per took. Sedangakan toko tradisional biasanya sistem transaksinya masih manual .

Adapun strategi promosi di toko buku modern yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1.   Menguasai display buku supaya tampilan buku dapat lebih menonjol.

2.   Mengadakan promosi diinternal toko dengan memasang produk promo.

3.   Mengadakan bedah buku.

4.   Mengadakan event tematik sesuai bulan berjalan contoh promo tahun ajaran baru, promo  bulan bahasa dan lain sebagainya.

5.   Proaktif berkomunikasi dengan pihak internal toko.

 

Contoh display buku di toko Gramedia

2. Directselling / kunjungan langsung.

Pemasaran buku melalui directselling ini dipetakan berdasarkan jenis katagori buku yang diterbitkan. Jenis katagori buku penjualan lewat directselling ini dapat dibagi menjadi beberapa target pasar yaitu :

a.   Buku Pendidikan (Buku mata pelajaran utama dan buku pendamping untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK).

b.    Buku Teks Perguruan Tinggi untuk semua mata kualiah.

c.   Buku Referensi untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA-SMK , Perguruan Tinggi dan umum


3.  Melakukan Event–Event

Aktif melakukan event–event  seperti pameran buku, dalam seminar, workshop, tryout, dan sebagainya.

Demikianlah materi tentang strategi pemasaran buku yang disampaikan oleh Pak Agustinus. Masih banyak lagi strategi pemasaran buku yang terus berkembang saat ini. Mengakhiri pertemuan kali ini beliau mengatakan bahwa menulis adalah berjuang, karena penulis adalah pahlawan yang akan di kenang selama–lamanya. Lembaran karya adalah medan pertempuran dan pena adalah senjatanya.

Jumat, 06 November 2020

CARA MUDAH MENAWARKAN TULISAN KE PENERBIT

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 14

Pemateri           : Edi S.Mulyanta

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Tepat pukul 19.00 WIB Bu Aam Nurhasanah selaku moderator pada pertemuan keempatbelas kali ini membuka acara dengan memperkenalkan secara singkat pemateri malam ini. Beliau adalah Bapak Edi S. Mulyanta seorang pria kelahiran Yogyakarta pada tanggal 24 Mei 1969. Membaca CV beliau saya sangat kagum karena segudang karya tulis telah dilahirkannya. Pekerjaan beliau saat ini adalah Manajer Operasional Penerbit Andi, sebuah penerbit yang sudah dikategorikan sebagai penerbit mayor karena telah menerbitkan buku dengan jumlah yang sangat besar. Penerbit Andi sendiri 60% menerbitkan buku berupa buku teks perguruan tinggi dan selebihnya baru berupa buku fiksi.

Dengan mengucapkan salam sebagai pembuka pertemuan, Pak Edi menyapa guru-guru hebat di kelas ini dan mengucapkan terimakasih karena telah diperkenankan sharing pengalaman untuk peserta kelas menulis ini yang luar biasa. Pada pertemuan kali ini Pak Edi akan menyambung materi-materi pembicara sebelumnya yang berkaitan dengan kepenulisan dan penerbitan buku karena beliau sendiri sudah memiliki pengalaman dan berkecimpung hampir 20 tahun dalam mengelola penerbitan.

Sebagai seorang manajer operasional Pak Edi bertugas mengamati trend konten buku yang tersebar di pasar, kemudian memberikan resume tentang tema apa yang sedang menarik pasar pada saat itu. Kalau sudah diketahui kemudian dipetakan pesaing serta target penulis yang menjadi sasaran. Setelah seluruh resume dibuat maka langkah selanjutnya adalah mencari prospek penulis yang mempunyai kemampuan seperti trend yang sedang dipelajari. Tidak dipungkiri, terkadang calon penulis justru mempunyai insting yang lebih tajam dari penerbit, sehingga sering terjadi penerbit tertinggal informasi dibandingkan dengan penulis sendiri.

Penulis cerdas dan kreatif telah menguasai konten, sementara penerbit masih belajar dari data-data pemasaran. Perbedaan ini dapat diatasi dengan melakukan link and match antara data history dan data trend ke depan serta meningkatkan jalinan komunikasi antara calon penulis dengan calon penerbitnya. Sehingga cara pandang yang berbeda dapat diatasi dengan baik. Penulis sendiri memerlukan penerbit sebagai media untuk menerbitkan dan mempublikasikan bukunya.

Penerbit baik adalah penerbit  yang tergabung dalam organisasi yang diakui oleh pemerintah. Ada dua organisasi penerbit di Indonesia yaitu Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi (APTI). Penerbit yang tergabung dalam organisasi inilah yang secara hukum diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah Perpustakaan Nasional. Kedua organisasi penerbit ini agak sedikit bertolak belakang dalam hal tujuan dimana penerbit IKAPI lebih cenderung kepada percetakan yang murni mencari keuntungan sehingga hasil terbitannya sangat mudah diterima berbagai kalayak, sedangkan APTI lebih mementingkan kualitas terbitan yang sesuai dengan keilmuan kampus  sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menekankan pada Tridarma Perguruan Tinggi.

Saat akan menerbitkan buku maka kita diharapkan dapat melihat histori hasil terbitan masing-masing penerbit. Hal ini dilakukan untuk dapat memutuskan kemana calon terbitannya ditawarkan agar buku yang kita tulis tidak salah sasaran penerbitnya. Pada kesempatan ini Pak Edi memberikan langkah mudah untuk pengenalan awal penawaran tulisan kita yaitu dengan membuat semacam proposal penawaran penerbitan buku. Proposal ini dapat dikirimkan ke email penerbit-penerbit yang menjadi sasaran. Isi dari proposal ini adalah: (1) Judul utama buku, (2) Sub judul jika diperlukan, (3) Outline lengkap naskah, dalam bentuk bab-bab dan sub bab yang jelas hirarkinya, (4) Target pasar sasaran tulisan, (5) Curicullum Vitae penulis dalam bentuk narasi. Setelah lengkap ke-5 hal tersebut, akan lebih afdol lagi jika penulis menyertakan satu bab sampel untuk melihat gaya penyampaian tulisan.

Setelah naskah kita dinyatakan diterima oleh penerbit, maka akan dilakukan check plagiasi oleh editor Bahasa. Tahap ini akan meneliti seberapa besar penulis melakukan plagiasi terhadap tulisan lain. Jika terjadi plagiasi di batas ambang yang ditentukan oleh penerbit maka naskah akan dikembalikan untuk dilakukan revisi. Biasanya plagiasi ini meliputi teks dan gambar yang disadur tanpa memberikan sumber yang jelas. Untuk menghidari hal tersebut, Pak Edi menyarankan sebaiknya penulis selalu mencantumkan sumber teks dan gambar terutama untuk naskah non fiksi. Sedangkan naskah fiksi, tidak diperlukan sumbernya. Dan terakhir yang harus dilakukan penulis adalah membuat resume, abstrak, atau calon sinopsis buku yang diletakkan di back cover buku. Sinopsis sebaiknya ditulis oleh penulisnya sendiri, jangan serahkan ke penerbit, karena penerbit biasanya tidak menguasai dengan detail materi tulisan.

Itulah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang penulis jika bukunya akan  ditawarkan ke penerbit untuk dapat diterbitkan. Dan diakhir pertemuan narasumber hebat malam ini memberikan kesimpulan materinya bahwa penerbit memerlukan informasi yang lengkap tentang materi yang akan ditawarkan kepadanya. Penulis harus  memberikan penjelasan dengan cukup, sehingga dapat meyakinkan materi naskahnya layak untuk dibaca dan dikonsumsi sejumlah besar calon pembaca. Tanpa clue petunjuk yang memadai dari penulis, penerbit bisa salah dalam mengambil keputusan. Sehingga jangan sia-siakan kesempatan kita untuk dikenal oleh calon pembaca yang menunggu tulisan-tulisan mencerahkan yang akan hadir setiap masa.

Aksi Nyata- Modul 1.4 Pembentukan dan Penerapan Keyakinan Kelas

 A.  Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter Prof...