Jumat, 06 November 2020

CARA MUDAH MENAWARKAN TULISAN KE PENERBIT

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 14

Pemateri           : Edi S.Mulyanta

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Tepat pukul 19.00 WIB Bu Aam Nurhasanah selaku moderator pada pertemuan keempatbelas kali ini membuka acara dengan memperkenalkan secara singkat pemateri malam ini. Beliau adalah Bapak Edi S. Mulyanta seorang pria kelahiran Yogyakarta pada tanggal 24 Mei 1969. Membaca CV beliau saya sangat kagum karena segudang karya tulis telah dilahirkannya. Pekerjaan beliau saat ini adalah Manajer Operasional Penerbit Andi, sebuah penerbit yang sudah dikategorikan sebagai penerbit mayor karena telah menerbitkan buku dengan jumlah yang sangat besar. Penerbit Andi sendiri 60% menerbitkan buku berupa buku teks perguruan tinggi dan selebihnya baru berupa buku fiksi.

Dengan mengucapkan salam sebagai pembuka pertemuan, Pak Edi menyapa guru-guru hebat di kelas ini dan mengucapkan terimakasih karena telah diperkenankan sharing pengalaman untuk peserta kelas menulis ini yang luar biasa. Pada pertemuan kali ini Pak Edi akan menyambung materi-materi pembicara sebelumnya yang berkaitan dengan kepenulisan dan penerbitan buku karena beliau sendiri sudah memiliki pengalaman dan berkecimpung hampir 20 tahun dalam mengelola penerbitan.

Sebagai seorang manajer operasional Pak Edi bertugas mengamati trend konten buku yang tersebar di pasar, kemudian memberikan resume tentang tema apa yang sedang menarik pasar pada saat itu. Kalau sudah diketahui kemudian dipetakan pesaing serta target penulis yang menjadi sasaran. Setelah seluruh resume dibuat maka langkah selanjutnya adalah mencari prospek penulis yang mempunyai kemampuan seperti trend yang sedang dipelajari. Tidak dipungkiri, terkadang calon penulis justru mempunyai insting yang lebih tajam dari penerbit, sehingga sering terjadi penerbit tertinggal informasi dibandingkan dengan penulis sendiri.

Penulis cerdas dan kreatif telah menguasai konten, sementara penerbit masih belajar dari data-data pemasaran. Perbedaan ini dapat diatasi dengan melakukan link and match antara data history dan data trend ke depan serta meningkatkan jalinan komunikasi antara calon penulis dengan calon penerbitnya. Sehingga cara pandang yang berbeda dapat diatasi dengan baik. Penulis sendiri memerlukan penerbit sebagai media untuk menerbitkan dan mempublikasikan bukunya.

Penerbit baik adalah penerbit  yang tergabung dalam organisasi yang diakui oleh pemerintah. Ada dua organisasi penerbit di Indonesia yaitu Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi (APTI). Penerbit yang tergabung dalam organisasi inilah yang secara hukum diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah Perpustakaan Nasional. Kedua organisasi penerbit ini agak sedikit bertolak belakang dalam hal tujuan dimana penerbit IKAPI lebih cenderung kepada percetakan yang murni mencari keuntungan sehingga hasil terbitannya sangat mudah diterima berbagai kalayak, sedangkan APTI lebih mementingkan kualitas terbitan yang sesuai dengan keilmuan kampus  sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menekankan pada Tridarma Perguruan Tinggi.

Saat akan menerbitkan buku maka kita diharapkan dapat melihat histori hasil terbitan masing-masing penerbit. Hal ini dilakukan untuk dapat memutuskan kemana calon terbitannya ditawarkan agar buku yang kita tulis tidak salah sasaran penerbitnya. Pada kesempatan ini Pak Edi memberikan langkah mudah untuk pengenalan awal penawaran tulisan kita yaitu dengan membuat semacam proposal penawaran penerbitan buku. Proposal ini dapat dikirimkan ke email penerbit-penerbit yang menjadi sasaran. Isi dari proposal ini adalah: (1) Judul utama buku, (2) Sub judul jika diperlukan, (3) Outline lengkap naskah, dalam bentuk bab-bab dan sub bab yang jelas hirarkinya, (4) Target pasar sasaran tulisan, (5) Curicullum Vitae penulis dalam bentuk narasi. Setelah lengkap ke-5 hal tersebut, akan lebih afdol lagi jika penulis menyertakan satu bab sampel untuk melihat gaya penyampaian tulisan.

Setelah naskah kita dinyatakan diterima oleh penerbit, maka akan dilakukan check plagiasi oleh editor Bahasa. Tahap ini akan meneliti seberapa besar penulis melakukan plagiasi terhadap tulisan lain. Jika terjadi plagiasi di batas ambang yang ditentukan oleh penerbit maka naskah akan dikembalikan untuk dilakukan revisi. Biasanya plagiasi ini meliputi teks dan gambar yang disadur tanpa memberikan sumber yang jelas. Untuk menghidari hal tersebut, Pak Edi menyarankan sebaiknya penulis selalu mencantumkan sumber teks dan gambar terutama untuk naskah non fiksi. Sedangkan naskah fiksi, tidak diperlukan sumbernya. Dan terakhir yang harus dilakukan penulis adalah membuat resume, abstrak, atau calon sinopsis buku yang diletakkan di back cover buku. Sinopsis sebaiknya ditulis oleh penulisnya sendiri, jangan serahkan ke penerbit, karena penerbit biasanya tidak menguasai dengan detail materi tulisan.

Itulah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang penulis jika bukunya akan  ditawarkan ke penerbit untuk dapat diterbitkan. Dan diakhir pertemuan narasumber hebat malam ini memberikan kesimpulan materinya bahwa penerbit memerlukan informasi yang lengkap tentang materi yang akan ditawarkan kepadanya. Penulis harus  memberikan penjelasan dengan cukup, sehingga dapat meyakinkan materi naskahnya layak untuk dibaca dan dikonsumsi sejumlah besar calon pembaca. Tanpa clue petunjuk yang memadai dari penulis, penerbit bisa salah dalam mengambil keputusan. Sehingga jangan sia-siakan kesempatan kita untuk dikenal oleh calon pembaca yang menunggu tulisan-tulisan mencerahkan yang akan hadir setiap masa.

KRITERIA BUKU YANG DITERIMA PENERBIT

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 13

Pemateri           : Joko Irawan Mumpuni

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Selamat pagi salam sehat buat kita semua.

Ada sedikit kendala waktu yang saya alami sehingga resume ketigabelas kali ini sangat terlambat dapat diselesaikan. Namun tetap ada usaha untuk menyelesaikannya. Pertemuan kali ini judul materinya adalah  “Menulis Buku Yang Diterima Penerbit”   yang disampaikan oleh Pak Joko Mumpuni Direktur Penerbit Mayor PT Andi. Pak Joko adalah merupakan sosok yang sangat ramah kepada semua orang. Penyampaian materi malam ini luar biasa karena disampaikan dengan cara yang sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya. Materi disampaikan dengan cara pengiriman slide dan diikuti oleh voice, sehingga sangat seru sekali. 

Tema yang diangkat malam ini sangatlah menarik bagi para penulis terutama penulis pemula yang belum mengenal bagaiman proses penerbitan sebuah buku. Pak Joko sangat jeli dalam melihat situasi ini, beliau banyak melihat para guru yang memiliki kemampuan dalam menulis tetapi karena kurang mengenal dan bergaul  dengan penerbit sehingga tidak memiliki pengetahuan tentang naskah seperti apa yang dikehendaki oleh penerbit.


Mengawali materinya malam ini Pak Joko menceritakan sedikit kenangannya tentang awal mula beliau bisa menulis. Pak Joko pertama kali belajar menulis adalah sejak kelas 1 SD dan yang mengajarinya adalah Guru SD sehingga beliau merasa malu jika dikatakan akan mengajari guru-guru yang hebat di kelas ini untuk menulis. Nah, kalau pengalaman Pak Joko yang ini sepertinya sama dengan pengalaman saya dan juga bapak ibu guru hebat yang ada di kelas ini ya, dimana pertama kali diajari menulis dan membaca saat duduk dibangku kelas 1 SD.

Slide ini adalah merupakan slide materi pertama yang ditampilkan, slide tersebut memuat tentang produk buku di pasar. Hal ini bertujuan agar penulis dapat mengetahui dari awal tipe buku yang akan ditulisnya. Pak Joko menjelaskan bahwa kelompok buku di dunia dapat digambarkan seperti sirip ikan, dimana kelompok tersebut terbagi atas dua kelompok besar yaitu kelompok buku teks (buku yang dipergunakan untuk proses belajar mengajar mulai dari PAUD sampai SMA/SMK) dan kelompok buku non teks (buku yang tidak selalu dipergunakan dalam proses belajar mengajar).

Kelompok buku teks juga terbagi dua kategori yaitu buku teks pelajaran dan buku teks perguruan tinggi

Buku teks perguruan tinggi lebih banyak variansnya dari pada buku teks pelajaran karena jumlah fakultas dan jumlah jurusan diperguruan tinggi jauh lebih banyak dibandingkan jumlah mata pelajaran yang di ajarkan dari TK sampai SMA. Buku teks diperguruan tinggi dibagi atas dua bagian yaitu buku eksak dan buku non eksak.

Sedangkan buku non teks juga dibagi atas dua kelompok besar yaitu buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi bisa berupa komik, antologi, novel, sastra, dan yang lainnya. Nonfiksi berupa cerita anak, umum popular, komputer internet, agama, hobi dan tulisan khusus. Menulis buku boleh ditulis oleh satu orang atau lebih, dan boleh di terbitkan oleh lebih dari satu lembaga. Agar terbentuk tertib market setiap lembaga, sehingga buku tersebut sudah ada pasarnya minimal oleh anggota lembaga tersebut. Ada juga buku yang diterbitkan atas kerjasama penerbit dengan kampus, seperti penerbit Andi yang bekerjasama dengan UGM. Ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan masyarakat umum. Hal seperti ini sangat menguntungkan karena setiap tahun sudah jelas pasarnya.

Buku yang ditulis oleh lebih dari satu orang disebut polichapter, tiap penulis dapat jatah satu chapter (satu bab) yang harus diselesaikan tepat waktu dengan rasa tanggung jawab kemudian baru nanti disatukan. Dan ini bisa dilakukan di kelas menulis ini agar lebih cepat terbitnya.


Saat Pak Joko memperlihatkan slide di atas yang dibarengi dengan beberapa pertanyaan, maka jawaban dari pertanyaan itu sudah jelas bahwa kita sudah berada di kelas yang tepat. Kelas ini akan mengantarkan kita menjadi seorang penulis hebat yang dapat menghasilkan karya-karya yang cemerlang. Karena setiap akhir pertemuan kita sudah ditempa dengan kewajiban membuat resume dan mengumpulkannya. Hasil akhir dari kegiatan selama ini, peserta harus bisa menghasilkan buku solo, itu artinya kita sudah berada pada level paling atas karena sudah  bertekad untuk menulis dan menyelesaikan tulisan itu.

Setelah tulisan kita selesai maka pastilah kita ingin menerbitkannya. Maka narasumber juga menjelaskan proses penerbitan buku. Industri penerbitan buku itu sendiri sangatlah rumit karena melibatkan stakeholder atau pihak-pihak yang jumlahnya banyak. Pihak-pihak tersebut adalah lembaga dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai banyak karyawan seperti penerbit Andi.

Pak Joko menjelaskan bahwa penulis adalah merupakan orang yang paling mulia, karena penulis telah dapat menghidupi banyak orang. Terkadang penulis tidak sadar kalau hidupnya sangat penting bagi orang lain. Misalnya, walaupun kita baru berhasil menyelesaikan satu judul buku yang diterbitkan di penerbit mayor, maka kegiatan ekonomi akan dijalankan banyak pihak. Pada proses penerbitan sebuah buku akan melibatkan banyak orang sehingga orang-orang yang terlibat itu mempunyai pekerjaan, memiliki gaji tetap, bisa menghidupi keluarganya, dan lain sebagainya. Maka dari itu upah yang diberikan kepada para penulis adalah sangat besar yaitu surga.

Ada beberapa proses penerbitan naskah menjadi buku yang disampaikan oleh narasumber yaitu sebagai berikut:

1.  Naskah dikirim ke penerbit dan penerbit mempelajari naskah tersebut apakah sesuai dengan kriteria penerbit atau tidak.

2.    Penerbit memberitahu kepada penulis bahwa naskah penulis telah diterima melalui email atau WA.

3.  Penulis mengirim naskah lengkap berupa softcopy ke penerbit dan menandatangani surat perjanjian penerbitan.

4.       Penerbit mengedit naskah dan membuat desain cover, setting isi dan lainnya.

5.   Penerbit menentukan ukuran buku, fontasi, hiasan. Inilah yang disebut dami. Dami adalah naskah yang sudah jadi buku, tetapi belum dicetak.

6.       Penerbit mengirim dami ke penulis untuk dikoreksi sebelum dicetak.

7.       Setelah dikoreksi, dami dikirim kembali ke penerbit untuk dikoreksi ulang.

8.       Penerbit mencetak buku dan diedarkan ke konsumen.

 

Adapun naskah yang bisa diterbitkan oleh penerbit mayor adalah naskah yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1.   Tema tidak populer tapi penulisnya populer, meskipun tema yang diangkat tidak populer tetapi penulis adalah orang terkenal, maka penerbit berani menerbitkan naskah ini.

2.   Temanya populer tetapi penulis tidak populer, buku jenis ini pasti langsung akan diterbitkan.

3. Tema populer penulisnya tidak populer, walaupun penulis tidak terkenal, tetapi tema yang diangkat sedang populer saat ini, maka peluang untuk diterbitkan sangat besar.

4.   Jika tema tak popular dan juga penulis tidak populer, maka tulisan ini pasti tidak akan diterbitkan

Itulah beberapa hal yang disampaikan oleh Pak Joko terkait tentang penulisan buku yang harus kita perhatikan dalam menulis jika buku kita ingin diterbitkan oleh penerbit apalagi penerbit mayor. Semoga tulisan kita mampu untuk menembus penerbit mayor, Insyaallah.

Jumat, 30 Oktober 2020

MENJADI GURU LUAR BIASA

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 12

Pemateri           : Theresia Sri Rahayu,S.Pd.SD

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Keberadaan guru yang profesional merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara maju lainnya, terlebih di era Pandemi Covid-19 ini. Sudah delapan bulan wabah ini melanda negara kita, selama itu pulalah sistim pendidikan di negara kita berubah. Terutama pada sistim pembelajaran dimana biasa dilakukan dengan tatap muka sekarang berubah total menjadi pembelajaran daring.

Tidak mudah bagi kita guru untuk menjalani perubahan pembelajaran itu secara tiba-tiba. Banyak sekali kendala yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan IT. Sangat banyak diantara kita guru yang belum mahir dalam memanfaatkan IT pada pembelajaran, untuk itu kita dituntut untuk menjadi seorang guru yang tidak biasa. Kita harus menjadi guru yang luar biasa dengan segala kemampuan untuk melaksanakan proses pembelajaran dimasa pandemi ini. Kondisi inilah yang membuat narasumber hebat kita malam ini mengangkat topik “bukan guru biasa”. Karena beliau sendiri bukanlah guru biasa.

Ibu Theresia Sri Rahayu,S.Pd.SD adalah seorang guru yang memiliki segudang prestasi yang luar biasa. Wanita cantik kelahiran Kuningan pada tanggal 13 September 1984 ini mengabdikan dirinya di SDN Waihibur Kabupaten Sumba Tengah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain sebagai pendidik, beliau juga seorang blogger yang inspiratif. Penulis hebat alumni gelombang 4 kelas ini yang naskahnya tembus ke penerbit mayor. Ibu Tere ingin berbagi pengalaman dan memotivasi para peserta di kelas menulis ini agar dapat meningkatkan prestasi dan kompetensi diri sebagai seorang pendidik di masa pandemi.

Ibu Theresia sering dipanggil dengan sebutan Cikgu Tere. Panggilan ini diabadikan pada alamat blognya yaitu https://www.cikgutere.com. Menurut Cikgu Tere semua peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan belajar menulis di kelas ini adalah guru-guru yang hebat dan luar biasa. Mengapa demikian?. karena saat ini kita berada dalam masa pandemi, dimana kita dipaksa untuk beradaptasi dengan segala bentuk perubahan. Dan disetiap perubahan, pasti kita akan mengalami situasi yang tidak nyaman akibat dari ketidakbiasaan. Banyak guru di luar sana yang memilih untuk menyerah pada keadaan, dibandingkan dengan menciptakan situasi baru atau keluar dari situasi yang dianggapnya tidak nyaman.

Hal ini tentunya akan menjadikan situasi pandemi ini sebagai sebuah masalah atau bahkan musibah. Namun, tak sedikit juga guru yang justru menemukan berkah dibalik musibah ini. Yang tadinya tidak mengerti dengan pembelajaran daring berbasis teknologi, sekarang sudah piawai menyelenggarakan kelas online, bahkan bisa mengajari rekan guru yang lain. Yang tadinya tidak bisa menulis buku, sekarang bisa menulis buku. Dan masih banyak kisah sukses lainnya. Nah, guru-guru hebat di kelas ini termasuk guru yang menemukan berkah dimasa pandemi karena dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi serta mampu meningkatkan kompetensi diri terutama dibidang literasi. Sehingga Cekgu Tere menggolongkannya menjadi guru yang bukan guru biasa.

Berkaitan dengan dunia kepenulisan Cekgu Tere juga pernah bergabung dalam kelas menulis ini. Ada beberapa alasan beliau tertarik untuk bergabung di kelas menulis, diantaranya adalah:

1.    Hobi menulis tersalurkan.

2.  Dapat meng-upgrade skill menulis, bergabung dengan para penulis dapat membuat kita terus termotivasi untuk belajar jurus-jurus baru dalam menulis.

3.   Mengekspresikan diri, menulis adalah merupakan sarana untuk menuangkan ide atau pemikiran yang sangat produktif.

4. Sebagai jembatan untuk meraih prestasi. Menulis dapat mendatangkan banyak manfaat, diantaranya berbagai apresiasi sebagai bonus dari menulis.

Selama mengikuti kegiatan belajar menulis di kelas ini beliau banyak sekali mendapat ilmu pengetahuan dan bekal keterampilan terkait dunia menulis. Berawal dari menulis resume sebagai rangkuman materi belajar, sampai menulis artikel untuk lomba. Bahkan menulis bacaan untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran dan menulis buku untuk berbagai kepentingan. Banyak proses yang harus dilalui untuk dapat menulis artikel dan buku. Perlu jam terbang, konsistensi, dan kesadaran dari diri masing-masing.

Berkaitan dengan jam terbang, menurut Cekgu Tere hal ini adalah yang paling penting bagi seorang penulis. Terutama untuk mencegah terjadinya writter blocks. Bagi para penulis pemula, hal ini sering terjadi, apalagi jika kita termasuk orang yang menulis dengan mengandalkan suasana hati. Menulis harus dilakukan di mana saja, kapan saja dan bagaimana saja caranya. Agar jam terbang terus meningkat.

Agar dapat menulis buku dengan baik, Cekgu Tere membagikan pengalamannya kepada peserta kelas ini. Pengalaman tersebut beliau rangkum dengan kata IDOLA.

I = Identifikasi topik menarik

D = Daftar semua judul luar biasa

O = Outline terperinci akan membantu

L = Lanjut menulis isi bab

A = Atur layout sesuai permintaan penerbit.

Dipenghujung pertemuan malam ini, Cekgu Tere menyampaikan bahwa tidak ada seorang penulis yang langsung besar. Semuanya berawal dari penulis yang kecil dulu, namun lama kelamaan karya tulisnya akan dihargai orang asalkan terus konsisten dalam menulis. Tulisan yang dihasilkan harus upload di blog maupun media sosial lainnya. Dan tak kalah pentingnya, bersikaplah terbuka dan positif terhadap saran serta kritik dari para pembaca. Berlakulah sebagai pembaca tulisan sendiri ketika sudah selesai menulis, agar dapat berlatih objektif sehingga tulisan akan tetap terjaga kualitasnya.

Rabu, 28 Oktober 2020

GURU HARUS PROFESIONAL DAN KAYA

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 11

Pemateri           : Betti Risnalenni  

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Hampir terlena dan terbuai dengan waktu libur dan acara seminar guru blogger tadi siang yang membuat saya agak terlambat masuk kelas. Dengan sedikit terburu-buru saya langsung menyambar gawai yang dari tadi tersambung dengan charger-nya, begitu di buka ternyata kelas sudah dikunci dan pemateri sudah mulai menyampaikan materinya. Saat membaca uraian materi yang disampaikan kembali ada kejutan baru disini. Materi kali ini tidak ada menyinggung cara atau trik tentang menulis walaupun ini adalah kelas menulis, walaupun demikian apa yang disajikan sangat menarik karena berhubungan dengan profesi sebagai seorang guru. Pemateri malam ini adalah Ibu Betti Risnalenni seorang guru yang sukses menjalankan usaha boganya. Sangat penasaran jadinya, kok bisa ya…. Yuk kita simak penjelasan Bu Betti tentang karier usahanya.

Bu Betti bukan seorang penulis tapi pernah menulis. Beliau adalah seorang guru yang merintis karier sampai memiliki usaha sendiri. Walaupun bukan seorang penulis, tapi Bu Betti sangat antusias dalam kegiatan literasi. Beliau mempunyai dua TBM ( Taman Bacaan Masyarakat ) yaitu TBM Insan Kamil dan TBM Kartini Kreatif, bahkan Bu Betti juga ikutan di gareulis dan menjadi pengurusnya. Sangat luar biasa perhatian beliau terhadap dunia literasi.

Berkaitan dengan dunia usaha Bu Betti sudah mulai merintisnya sejak tahun 1996. Saat itu beliau membuka sebuah kursus tentang aritmatika.  Materi yang diajarkan di kursusnya ditulis beliau dalam sebuah buku lalu dipasarkan kepada peserta kursus tersebut. Ada 24 cabang kursus yang dimiliki Bu Betti untuk daerah bekasi saja, belum lagi termasuk luar daerah. Menurut Bu Betti, kita sebagai guru mempunyai peluang besar untuk menjadi pengusaha karena kita mempunyai bangsa pasar yang banyak. Mulai dari siswa, orang tua siswa, teman seprofesi dan lain nya. Beliau sih sebenarnya juga bukan pedagang-pedagang amat. Hanya saja kalau ada kesempatan kepala beliau selalu berpikir kira-kira kalau jualan, apa ya yang akan dibeli orang atau diperlukan orang. Bu Betti kalau berjualan juga tidak selalu laku tapi beliau senang saja mungkin karena hobby kali ya. Padahal dalam ilmu jualan hal ini tidak dibolehkan, namun beliau baru mengetahuinya setelah belajar melalui pelatihan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pada tahun 2003 beliau mulai mendirikan sekolah TK dan TPQ, dan berlanjut ketingkat Sekolah Dasar pada tahun 2004. Alhamdulillah sampai saat ini sekolah beliau masih eksis.

Dengan mendirikan sekolah Bu Betti banyak berkenalan dengan orang dan sering mengikuti kegiatan yang membuat dirinya bisa berprestasi dan memiliki wawasan yang luas. Karena usia beliau yang tidak muda lagi sehingga Bu Betti mulai mengurangi kegiatan di sekolah dan berusaha mengalihkan kegiatannya di sekitar rumah saja. Maka mulailah Bu Betti membuka warung di samping rumahnya. Warung tersebut dinamakan “Kedai Kreatif”. Kenai ini menjual berbagai jenis roti yang dibuatnya sendiri. Sebenarnya beliau bukanlah orang yang memiliki hobby memasak walaupun terlahir dari orang tua yang memiliki usaha catering. Hal ini berawal hanya karena untuk mengajarkan cara membuat roti kepada anak-anak di kelas yang diampunya. Niat beliau belum sempat kesampaian karena musibah pandemi sudah melanda negeri ini, akhirnya roti dibuat hanya untuk konsumsi sendiri saja. Namun pada akhirnya dari konsumsi perlahan berubah menjadi barang dagangan. Bu Betti selalu meningkatkan kemampuan dalam mengelola usaha mandirinya dengan mengikuti setiap pelatihan tentang boga hingga pada akhirnya produk beliaupun sudah mendapatkan izin dari PIRT dan sertifikat halal. Selamat ya Bu.

Lantas apa sebenarnya yang membuat Bu Betti tertarik untuk buka usaha sendiri?. Menurut beliau jika buka usaha sendiri kita bisa menyesuaikan dengan ide dan keinginan kita walau harus lebih bekerja keras karena kita harus melakukannya serba sendiri. Setelah berkembang dan memiliki karyawan maka kita dapat menciptakan situasi kerja yang enak dan nyaman dengan rekan kerja tersebut. Bahkan rekan kerja bisa menjadi keluarga sendiri jika kita pandai memanajernya. Perselisihan atau beda pendapat diantara rekan kerja pasti ada, tapi harus segera diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Begitulah cara Bu Betti dalam mengelola usaha yang dimilikinya.

Dalam kesibukannya mengurus usaha kedai kreatif, Bu Betti masih tetap aktif mengajar. Dimasa pandemi seperti sekarang ini guru harus lebih kreatif dalam mengajar. Guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta mempersiapkan bahan ajar semenarik mungkin hingga dapat menghilangkan kejenuhan siswa. Menurut Bu Betti, sebagai seorang guru kita harus profesional dan juga harus kaya. Karena kalau guru kaya, maka mereka akan totalitas dalam mengajarnya. Agar dapat berhasil dalam setiap usaha maka kita harus melakukan usaha tersebut dengan sungguh-sungguh, kerja keras dan selalu mohon ridho dari Allah SWT.

Senin, 26 Oktober 2020

TRIK MENGUBAH RESUME MENJADI BUKU

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 10

Pemateri           : Bapak R. Brian Prasetyawan  

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay 

 

 

Semakin lama semakin seru materi yang disajikan di kelas menulis ini. Semuanya memiliki keunikan masing-masing sehingga sangat sayang untuk di lewatkan. Bagaimanapun kondisi fisik setelah seharian beraktivitas, namun pertemuan demi pertemuan ini selalu dinanti-nantikan. Seperti malam ini materi akan disajikan oleh Bapak R. Brian Prasetyawan, beliau akan sharing mengenai dunia menulis yang memang menjadi hobinya serta mengupas tuntas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan kumpulan resume untuk menjadi naskah buku.

 Di kelas menulis kali ini memang sangat berbeda dengan kelas menulis lain yang pernah saya ikuti, dimana di kelas ini peserta diwajibkan menuliskan resume materi yang telah disampaikan oleh narasumber. Resume yang dibuat minimal berjumlah dua puluh resume dari tiga puluh kali pertemuan dan lalu diposting di blog masing-masing peserta. Tujuan dari pengumpulan resume itu nantinya akan digabungkan dan dapat menghasilkan sebuah buku hasil karya solo para peserta di kelas ini.

Jika seluruh resume itu telah terkumpul, lalu bagaimana menyusun kumpulan resume tersebut dalam bentuk format buku?. Nah, menurut Pak Brian untuk format naskah buku tidak ditentukan dari pelatihan belajar menulis ini, tapi menyesuaikan dengan format penerbit yang dipilih oleh para peserta. Karena peserta dibebaskan memilih penerbit sesuai dengan selera dan keinginannya masing-masing. Setiap penerbit mempunyai format settingan sendiri. Jika peserta ingin menerbitkan buku melalui penerbit rekanan Pak Brian, maka berikut adalah langkah-langkahnya:

1.  Resume dari dua puluh tulisan yang telah dibuat digabung dalam satu file microsoft word. Settingan file microsoft word ini harus disesuaikan dengan format penerbit, yaitu:

·         Ukuran kertas A5 (14 x 20 cm)

·         Huruf times new roman, ukuran 12

·         Spasi 1,5

·         Margin 2 cm semua

·         Paragraf rata kiri-kanan (justify)

2.  Masukkan kelengkapan naskah dalam file naskah kumpulan resume. Adapun kelengkapan naskah adalah: cover ( judul buku dan nama penulis saja), kata pengantar, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis, dan sinopsis (3 paragraf dengan masing-masing paragraf  hanya 3 kalimat) dengan urutan:

·         Cover

·         Kata Pengantar

·         Daftar Isi

·         Isi naskah

·         Profil Penulis

·         Sinopsis

3.      Semuanya dibuat dalam satu file yang tidak terpisah menjadi beberapa file.

4.   Tidak ada batas minimal jumlah halaman, jadi tidak perlu ragu pada resume yang sudah kita buat.

5.      Besar biaya penerbitan hanya Rp 300.000 dengan fasilitas penerbitan:

·         Desain cover

·         ISBN

·         Layout

·         Edit ringan

·         2 Buku bukti terbit, dan

·         E-Sertifikat

Wow, cukup mengiurkan jika kita menerbitkan buku dengan penerbit rekanan Pak Brian ya, semoga resume yang ditulis ini dapat menghasilkan sebuah buku.

Dalam menulis buku sampai bisa terbit, Pak Brian cukup mengalami perjalanan yang lumayan panjang dimana beliau sebenarnya sudah ngeblog sejak tahun 2009. Namun keinginan untuk membuat buku baru muncul pada akhir 2013 dan ingin menerbitkannya di tahun 2014. Namun karena tidak punya mentor yang membimbing dan semangat beliau yang naik-turun hingga akhirnya vakum. Di akhir tahun 2019 beliau mulai bangkit lagi hingga terbitlah buku pertama beliau di akhir Januari 2020.

Menurut Pak Brian dalam menulis sangat diperlukan motivasi dan percaya diri, dimana motivasi itu akan kita dapatkan jika bergabung dalam komunitas menulis, seperti pelatihan belajar menulis ini. Jika mengharapkan motivasi yang datang dari diri sendiri, biasanya akan mengalami pasang surut, tapi jika bergabung di komunitas menulis maka motivasi tersebut akan terus menerus terpacu karena saling mengingatkan diantara pesertanya. Lalu dalam menulis, tulislah apa yang bisa ditulis dan jangan pernah ragu pada tulisan kita. Karena tulisan yang kita anggap biasa, bisa saja dianggap luar biasa bagi orang lain. Kita tidak perlu memikirkan bahwa menulis itu harus mengikuti aturan-aturan tertentu, hal ini akan dapat menambah kepercayaan diri.

Itulah pembelajaran menulis dan cara merubah resume menjadi sebuah buku ala Pak Brian, tetap semangat untuk menulis hingga menghasilkan sebuah buku.

Sabtu, 24 Oktober 2020

KIAT SUKSES MENULIS ARTIKEL

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 9

Pemateri           : Bapak Encom Rahman  

Moderator        : Ibu Fatimah

Inspirator         : Om Jay

  


Perkenalan di awal pertemuan kali ini sudah membuat diriku berdecak kagum. Narasumber kali ini memiliki prestasi yang sangat luar biasa dalam menulis.  Tak bisa ku bayangkan begitu banyak artikel yang sudah ditulis beliau bahkan sudah mencapai angka 500 buah artikel dan seluruhnya telah dimuat dikoran dan majalah baik lokal maupun nasional. Kang Encom begitu beliau sering disapa memang pakarnya dalam menulis artikel, sehingga beliau meraih kesuksesan yang luar biasa dalam penulisan ini. Selain penulis ternyata Kang Encom juga menjadi guru berprestasi dan mewakili guru Indonesia untuk menerima penghargaan Internasional dari Thailand pada tahun 2017.

Kegiatan menulis sudah mulai ditekuni beliau sedari kecil semasa masih di SMP, saat itu Kang Encom suka menulis di majalah dinding sekolah. Beliau menulis berupa cerpen, artikel dan sajak-sajak kecil. Tulisannya  tidak berkembang karena semasa itu belum ada ilmu tentang kepenulisan. Setelah tamat SMP beliau melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) kegemaran menulis semakinnya semakin berkembang karena sudah mulai mendapat pengetahuan tentang teknik menulis. Kembali beliau aktif menulis di majalah dinding dan mulai merambah tulisan di koran dan majalah hingga akhirnya beliau menjadi spesialis penulis artikel di koran dan majalah.

Ketertarikan Kang Encom untuk menulis artikel di koran dan majalah sebenarnya adalah disebabkan karena kesukaan beliau membaca koran. Saat itu beliau merasa bahwa menulis di koran itu sepertinya gampang, hingga keinginan itu diwujudkannya dengan cara menulis artikel dan dimuat di tabloid Mitra Desa. Saat itulah beliau untuk pertama kali mendapatkan honor sebagai penulis. Dimuatnya tulisan Kang Encom di tabloid tersebut adalah merupakan saran dari seorang guru yang melihat kegemaran menulisnya di sekolah hingga guru tersebut sudah memanggil Kang Encom dengan sebutan seorang penulis. Ketika tulisan dimuat dan apalagi mendapatkan honor semangat menulisnya semakin terpacu. Ada kebanggaan tersendiri saat tulisan mulai mendapatkan apresiasi dari teman-teman dan pembaca.

Kang Encom semakin semangat untuk menulis semua jenis tulisan dicobanya kali ini tidak hanya berupa artikel, cerpen, puisi bahkan beliau mulai menulis humor-humor yang juga dimuat dan mendapatkan honor. Maka mulailah beliau menyenangi dunia humor Kang Encom juga mencoba menulis kartun dan lagi-lagi juga dimuat, bahkan 150 kartun yang sudah berhasil ditulisnya. Honor dari koran dan tabloid yang diperoleh beliau selalu dikirim ke sekolah lewat wesel pos saat itulah guru-guru di sekolah mengenal beliau sebagai seorang penulis. Setiap tulisan beliau yang diterbitkan selalu dikliping untuk dijadikan dokumentasi. Sejak itulah beliau menyenangi dunia tulis menulis.

Seiring berkembangnya waktu mulailah Kang Encom memiliki teman sebagai penulis yang dapat menambah semangatnya dalam menulis. Honor penulisan yang didapat Kang Encom digunakan beliau untuk tes sipenmaru ke Bandung, namun sepertinya rezeki belum berpihak hingga beliua belum dapat diterima diperguruan tinggi negeri. Akhirnya Kang Encom kuliah di Universitas Pasundan (UNPAS) Bandung dengan jurusan Bahasa Indonesia. Waktu di Bandung beliau sangat aktif menulis dan ternyata dari hasil menulis tersebut membuat beliau mampu bertahan hidup dan membayar uang kuliahnya di Bandung. Selain aktif menulis di majalah dan koran Kang Encom juga membantu rekan-rekan mahasiswa dalam pembuatan artikel dan pengetikan.

Di Bandung tulisan Kang Encom berkembang dengan baik karena beliau begabung dalam Komunitas jurnalistik ICMI Bandung. Dan memang ini adalah salah satu cara agar tulisan kita dapat berkembang. Menurut Kang Encom ketika kita memiliki keinginan untuk menulis maka kita harus mencari komunitas menulis hingga menimbulkan motivasi yang tinggi agar kita tetap terus berkarya dan menulis.

Itulah pengalaman Kang Encom dalam menulis hingga beliau menjadi seorang penulis artikel yang berhasil dan sukses. Diakhir pertemuan Kang Encom memberikan kiat sukses menulis artikel di koran dan majalah yaitu:

1.   Jika punya keterampilan menulis maka kembangkan dan lanjutkan karena menulis di koran dapat menghasilkan vinansial yang besar.

2.     Tahan banting, jika tulisan ditolak jangan patah arang tapi harus instropeksi diri. Bisa jadi judul tulisan kita tidak sesuai dengan harapan redaksi, tema yang kita usung tidak mewakili si pembaca atau juga ide yang kita tulis sudah didahului orang lain.

3.       Jika ingin menulis dikoran maka hal yang harus kita lakukan adalah: (1) sering membaca koran, (2) membaca yang lagi tren di masyarakat, (3) tulisan harus sering dikirim walaupun dimuat atau tidak.

4.       Sering membuat kliping koran hasil karya orang lain.

5.    Jangan dulu terjun langsung ke tabloid tingkat nasional tapi mulailah dari tabloid yang rendah dan tulisan yang ditulis cukup yang ringan-ringan saja. Carilah majalah yang dapat memuat tulisan kita. Ketika sudah sering dimuat di media daerah barulah mulai ketingkat nasional. 

Agar tulisan bisa diterima di koran atau majalah maka Kang Encom membagikan tips nya yaitu kita harus memiliki pengetahuan dan keterampilan:

1.       Harus menguasai cara menulis judul artikel

2.       Menguasai intro artikel

3.       Memaparkan pembahasan artikel

4.       Penutup artikel

Ayo semangat menulis, karena menulis sebagai ibadah untuk memperbanyak amal jariyah.

KENDALA DALAM MENULIS

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 8

Pemateri           : Bu Noralia Purwa Yunita, M.Pd  

Moderator        : Bapak Bambang Purwanto (Mr. Bams)

Inspirator         : Om Jay

 



Sore ini tubuh ku terasa sangat lelah sekali, beberapa hari belakangna ini kurang istirahat karena persiapan kegiatan workshop di sekolah. Namun demikian aku tidak mau ketinggalan untuk menyimak materi dari narasumber malam ini karena materinya pasti ada yang berbeda lagi. Dari pengalaman dipertemuan sebelumnya pemateri selalu memberikan hal-hal yang berbeda dan sangat luar biasa. Begitu juga malam ini narasumber hebatnya adalah seorang perempuan cantik kelahiran Kudus pada tanggal 12 Juni 1989 yang bernama lengkap Noralia Purwa Yunita, M.Pd  . Beliau merupakan putri pertama dari pasangan Bapak Ali Achmadi, S.Pd dan Ibu Noor Fatkhiyah, S.Pd.SD.

Dalam usianya yang masih tergolong muda, Bu Nora telah mengukir segudang prestasi diantaranya adalah juara harapan I lomba karya tulis di Universitas Negeri Semarang, program pendanaan dinas Provinsi Jawa Tengah pada program fasilitasi karya ilmiah tingkat Provinsi Jawa Tengah, program pendanaan LPPM pada usulan program pengabdian masyarakat, program pendanaan DIKTI pada program kreativitas mahasiswa tingkat nasional, pendanaan program Student Grand Hibah I am Here DIKTI, serta sebagai pembimbing yang mengantarkan tim menjadi juara I lomba karya tulis ilmiah SMA tingkat Jawa tengah. Hampir seluruh prestasi yang diraih beliau adalah dibidang kepenulisan, maka tidak heran jika hasil karyanya berupa buku juga sangat luar biasa. Sudah banyak buku yang ditulis beliau baik solo maupun antologi.

Sebagai seorang ibu rumah tangga yang berprofesi guru tentulah tidak mudah bagi Bu Nora untuk membagi watktu antara pekerjaan dan menulis. Namun demikian, sesibuk apapun keluarga tetap menjadi perioritas utama. Banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi Bu Nora selama proses pengerjaan beberapa buku beliau, apalagi di masa Pandemi seperti sekarang. Pembelajaran dimasa Pandemi guru lebih disibukkan dengan segala jenis kegiatan pembelajaran, mulai dari persiapan pembelajaran, pembuatan bahan ajar, pelaksanaan pembelajaran sampai pada proses penilaian yang sangat menyita banyak waktu. Saya juga sependapat dengan Bu Nora bahwa pembelajaran daring jauh lebih banyak persiapan daripada pembelajaran tatap muka.

Banyak nya kegiatan tersebut adalah menjadi kendala utama bagi Bu Nora dalam menulis, skala prioritas menjadi pilihannya agar semua pekerjaan terselesaikan dengan baik. Rasa malas dan jenuh menjadi masalah kedua, dan hingga sekarang pun masih menghinggapi beliau. Malas adalah merupakan penyakit yang paling ganas menyerang seseorang untuk berkarya, jika penyakit ini telah hinggap kepada seseorang maka tetap tidak akan ada karya yang dapat dihasilkannya sekalipun orang tersebut pintar dan memiliki kemampuan. Bu Nora memiliki tipikal orang yang suka jenuh jika mengerjakan kegiatan yang sama secara berulang. Nah, jika penyakit ini datang, maka trik untuk menghilangkannya adalah dengan beralih ke kegiatan lain sebagai refreshing. Bisa dengan  menonton film, baca novel online, berkebun atau apapun yg membuat kita nyaman. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlama-lama, begitu kejenuhan sudah hilang dan semangat sudah muncul kembali maka kita harus langsung tancap gas untuk kembali berkarya. Itulah pesan dari Bu Nora kepada para peserta kelas belajar menulis ini.

 Selanjutnya krisis ide menjadi kendala ketiga bagi Bu Nora. Untuk mengatasi hal ini Bu Nora selalu menerapkan jurus Bapak Akbar Zainuddin. Menurut Bapak Akbar Zainuddin segala sesuatu yang kita rasa, kita lihat dapat dijadikan ide. Artinya, semua yang kita rasakan baik itu rasa sedih, senang, marah, benci dan lainnya dapat kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Demikian juga dengan apa yang kita pikirkan juga dapat kita ubah menjadi sebuah tulisan. Bu Nora berkeyakinan  bahwa tidak ada yang tidak bisa menulis, karena menulis bagi beliau sama dengan berbicara, bedanya hanya dituangkan dalam bentuk tulisan.

 Kendala berikutnya adalah masalah perbendaharaan diksi atau kosa kata. Kendala ini dapat diatasi dengan banyak membaca. Apa saja bentuk tulisan silahkan dibaca, boleh berupa artikel ataupun novel. Dengan banyak membaca maka akan memperkaya diksi kita. Dan kendala terakhir yang sering dialami oleh seorang penulis biasanya adalah takut menulis karena takut salah. Hal ini sering dialami oleh penulis pemula, namun hal ini dapat diatasi dengan membuat tulisan tanpa memikirkan kaidah penulisan dan EYD. Cukup tuliskan saja apa yang ada dipikiran sampai selesai. Jika tulisan sudah selesai barulah kita baca berulang-ulang dan lakukan editing sendiri sesuai kaidah penulisan. Jika dari awal kita menulis sudah memikirkan EYD dan kaidah penulisan maka jangan harap tulisan kita akan selesai.

 Itulah beberapa kendala yang sering dialami oleh Bu Nora dalam menulis, dan saya yakin kendala ini juga yang kita semua hadapi dalam menyelesaikan sebuah tulisan. Semoga langkah-langkah yang disarankan oleh Bu Nora dalam mengatasi kendala tersebut dapat kita terapkan jika terjadi saat kita menulis. Selain itu untuk dapat menghasilkan sebuah tulisan Bu Nora juga mempunyai kiat yaitu niat, paksa dan mau. Artinya niat kita untuk mau menulis harus ada. Niat yang sudah ada tersebut dapat diwujudkan dengan cara dipaksa karena jika hanya ada niat tetapi tidak ada kemauan kuat alias pemaksaan, maka kata mau tidak akan terwujud.

Aksi Nyata- Modul 1.4 Pembentukan dan Penerapan Keyakinan Kelas

 A.  Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter Prof...