Sabtu, 14 November 2020

MENGUBAH EKSPEKTASI MENJADI PRESTASI

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 17

Pemateri           : Jamila K. Baderan, M.Pd 

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Entah mengapa menyambut pertemuan malam ini, grup terlihat lebih sepi dari malam-malam sebelumnya. Apakah semua peserta di kelas ini memiliki kegiatan yang luar biasa di hari ini secara serentak, sehingga tidak sempat untuk singgah di kelas ini?. Ataukah kondisi Om Jay yang masih kurang sehat? Pertanyaan itu bermain di pikiran saya. Jarum jam terus berjalan hingga mendekati waktu pertemuan, tidak ada saya jumpai flyer pemateri. Sampai akhirnya pertemuan di mulai.

Seperti biasanya moderator hebat kita Bu Aam Nurhasanah membuka pertemuan malam ini dengan terlebih dahulu mengunci grup agar peserta fokus dalam menyimak materi yang akan disajikan oleh narasumber. Selanjutnya Ibu moderator memperkenalkan narasumber yang akan berbagi pengalaman dengan peserta, beliau adalah Ibu Jamila K. Baderan, M.Pd.

Ibu Jamila lahir di Sidodadi pada tanggal 14 Juni 1978 dan merupakan salah seorang guru di SDN No. 30 Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.. Ibu dari empat orang anak ini sungguh luar biasa dalam menulis. Beliau telah memiliki dua buah buku hasil karya tunggal dan satu buku karya bersama. Sebelum sesi materi dimulai, kembali moderator mengajak peserta untuk kembali sejenak memanjatkan do’a untuk kesembuhan Om Jay dengan membaca surah Alfatihah.

Di awal penyampaian materi, Ibu Jamila memulainya dengan pembahasan tentang ekspektasi. Menurut beliau setiap orang pasti memiliki ekspektasi terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukannya. Seperti kita para peserta kelas menulis ini, saat bergabung dalam kelas ini memiliki ekspektasi untuk menghasilkan sebuah karya berupa jejak literasi yang akan dikenal dan dikenang masyarakat ketika kita sudah tiada nantinya. Jejak litersi tersebut adalah berupa sebuah buku. Untuk itulah kita bergabung dalam kelas ini agar kita mampu melakukan pengembangan diri dan mengeksplor kompetensi diri kita dalam menulis. Namun sangat disayangkan, ekspektasi tidak selalu berbarengan dengan realita. Sehingga Bu Jamila mengatakan bahwa ekspektasi tak seindah kenyataan, yang dituangkannya dalam buku ke-2 beliau yang diterbitkan pada tahun 2019 lalu.

Berkaitan dengan ekspektansi di kelas ini yaitu tentang menulis, maka kita sebagai peserta memiliki harapan terbesar untuk mampu merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat, kalimat menjadi sebuah paragraf yang menarik. Rangkaian paragraph akan menjadi bab demi bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Bu Jamilah mengungkapkan bahwa menulis adalah hal yang sangat mudah. Namun, ketika kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang bernilai bagi orang lain munculah masalah besar. Diantaranya adalah: (1) bagaimana memulai sebuah tulisan?, (2) apa ide/topik yang harus kita tulis?, dan (3) apakah tulisan saya menarik?.

Menurut nasasumber hebat kita bahwa tantangan menulis terbesar sebenarnya ada pada diri kita sendiri. Tantangan itu adalah mood dan kemauan alias niat. Oleh karena itu untuk mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah, karena untuk mewujudkan ekspektasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.  Ada dua hal penting yang harus kita ubah, yaitu mindset dan passion. Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Sementara passion adalah sesuatu yang membuat kita tidak pernah merasa bosan.

Saat kita sudah memiliki keinginan untuk merubah ekspektasi menjadi kenyataan bahkan menjadi sebuah prestasi, saat itu pula kita dituntut untuk memiliki kenekatan, niat, tekad, serta konsistensi yang kuat. Ibu Jamila sudah membuktikan hal ini saat beliau ditantang menulis oleh Prof. Eko dan akhirnya beliau membuktikan bahwa tulisannya lolos tanpa revisi. Maka dari pengalaman ini Bu Jamila mengambil pelajaran tentang beberapa hal yang harus dilakukan dalam menulis yaitu:

1.       Tulislah apa yang ingin kita tulis.

2.       Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.

3.       Jadikan menulis sebagai suatu kebutuhan.

4.       Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan editing.

5.       Menulis jangan terlalu lama.

6.     Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karna yang akan menilai adalah pembaca.

Selanjutnya Ibu narasumber menyampaikan bahwa kendala yang biasa kita hadapi saat akan memulai menulis adalah kebingungan mencari ide. Nah, untuk mengatasi hal ini bisa dimulai dari menuliskan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Baik itu berupa perasaan, kejadian penting, hobby, dan pekerjaan. Tuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran, tidak perlu kita memikirkan tata bahasa, ejaan dan lain sebagainya. Setiap kalimat yang terlintas dalam pikiran kita segera di tulis. Menuliskannya boleh dimana saja karena hal ini kita lakukan hanyalah untuk menjaga agar ide yang sudah ada tidak hilang.

Memulai menulis itu sangat berat apalagi jika kita tidak memiliki hobi menulis, untuk itu sangat dibutuhkan tekad dan niat yang kuat. Walaupun kita tidak hobi menulis, dan kegitan menulis hanyalah kegiatan iseng belaka. Namun jika dilatih maka akan dapat menjadi suatu keterampilan yang baik, karena menulis itu butuh perjuangan untuk melawan semua tantangan yang menggoyahkan niat. Agar kita dapat menulis dengan baik maka yang kita lakukan adalah memperbanyak membaca buku sebagai sumber informasi. Menulis tanpa membaca akan sia-sia karena menulis dan membaca dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang harus dimiliki oleh seorang penulis. Menulis tanpa pernah membaca akan pincang. Artinya tulisan kita kurang menarik.

Berbagi pengalaman diakhiri Ibu Jamila dengan memberikan kesimpulan materi pertemuan malam ini bahwa menulis merupakan suatu tantangan antara harapan dan kenyataan. Ekspektasi dalam menulis harus terus kita perjuangkan dengan niat, tekad, nekad dan konsisten. Realitas berupa prestasi adalah buah dari perjuangan. Maka berjuanglah menuntaskan karyamu, agar jejak yang ditinggal bermanfaat bagi generasi setelah kita

Salam Literasi!

Jumat, 13 November 2020

MEMULAI MENULIS ALA NENG GEULIS

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 16

Pemateri           : Ditta Widya Utami, S.Pd 

Moderator        : Bu Kanjeng

Inspirator         : Om Jay


 

Melihat flyer yang dibagikan digrup , semua peserta berdecak kagum dan memuji narasumber yang akan membagikan materi malam ini. Dengan antusias peserta menunggu waktu belajar di mulai. Semua seperti terhipnotis dan tidak sabar lagi menunggu pemateri untuk menyampaikan materi dan berbagi pengalaman di kelas ini. Sedikt berbeda memang apresiasi peserta dalam menanti kehadiran pemateri kali ini, apakah terpesona dengan usia muda dan wajahnya yang cantik? Entahlah.

Pemateri mala mini adalah Bu Ditta Widya Utami, S.Pd. Wanita cantik yang berprofesi sebagai guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat ini memang masih sangat muda sekali. Beliau kelahiran Subang, 23 Mei 1990. Ibu muda ini telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di kegiatan MGMP, Bu Ditta juga sangat aktif di bidang literasi dan telah menghasilkan buku karya tunggalnya dengan judul “Lelaki di Ladang Tebu”. Buku ini merupakan sebuah antologi cerpen pendidikan yang terbit di tahun 2020 dan beberapa buku hasil karya bersama. Pantas saja peserta sangat penasaran karena di usiannya yang sangat muda, beliau telah menghasilkan karya yang luar biasa.

Penyampaian materi diawali Bu Ditta dengan ucapan terima kasih kepada Om Jay yang telah memberikan  kepercayaan kepada beliau untuk kembali menjadi narasumber di kelas menulis ini. Dan Bu Ditta mengajak seluruh peserta untuk berdoa bersama untuk kesembuhan Om Jay. Memang beberapa hari belakangan ini Om Jay dalam kondisi tidak begitu sehat sehingga kurang aktif di kelas. Semoga dengan doa yang dipanjatkan bersama, Om Jay akan segera mendapatkan kepulihannya kembali,  Aamiiin.

Saat seseorang diminta untuk menulis dan menyelesaikan sebuah buku, maka hal pertama yang terjadi adalah tubuh akan menjadi lemah lunglai seperti kena serangan stroke. Tak ada langkah yang dapat dilakukan karena semua ide yang ada tiba-tiba akan hilang lenyap entah kemana. Tangan seperti kena asam urat yang sulit dan sakit jika dibawa menulis. Kalau sudah begini apa yang dapat dilakukan? Jangan khawatir karena ada beberapa tips dari Bu Ditta yang dapat kita dilakukan yaitu :

1.       Ikut kelas menulis.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis, seperti kelas menulis kita kali ini. Di kelas ini kita mendapat ilmu tentang kepenulisan, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga. Seperti yang diperoleh Bu Ditta saat bergabung di kelas Om Jay ini, beliau mendapatkan sebuah buku dari PGRI karena salah satu resume yang telah dibuatnya. Hal inipun pernah saya rasakan sesaat setelah saya memposting resume yang saya tulis di blog, tiba-tiba ada kejutan dari Om Jay dimana saya mendapatkan sebuah buku dari Penerbit Andi karena resume yang telah saya tulis dan posting tersebut. Resume yang beruntung itu  adalah https://yasnimenulis.blogspot.com/2020/10/menulis-itu-semudah-update-status.html. Bahagia sekali rasanya. Terimakasih Om Jay dan Penerbit Andi.

2.       Ikut komunitas menulis.

Ikut bergabung dalam komunitas menulis juga sangat perlu. Karena di dalam komunitas kita bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman tentang menulis, dan juga kita bisa membagikan tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah. Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Kita bebas memilih mana yang disukai dan sesuai dengan kriteria tulisan kita.

3.       Ikut lomba menulis

Lomba menulis sangat cocok bagi yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita akan sedikit dipaksa untuk menghasilkan sebuah tulisan sesuai denga tema yang telah ditentukan oleh panitia. Dengan demikian secara tidak langsung kita sudah mulai belajar menulis berbagai jenis tulisan. Di dalam proses pembelajaran terkadang pemaksaan juga diperlukan karena dengan adanya deadline waktu yang telah ditetapkan kita dipaksa untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Saya juga pernah mencoba mengikuti lomba menulis cerita anak dan Alhamdulillah tulisan saya termasuk dalam kategori 5 besar yang disyaratkan oleh panitia, tapi sayang sekali tidak ada tindak lanjut dari panitia penyelenggara.

4.       Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita

Saat kita masih mengalami kesulitan dalam menulis, maka mulailah dengan membuat tulisan tentang apa saja yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini. Misalnya hari ini kita ingin masak ikan saus tomat, maka kita bisa membuat tulisan tentang resep ikan saus tomat, bisa juga tentang betapa sukanya keluarga kita terhadap masakan ini, dan lain sebagainya. Namun jika hal inipun masih sulit untuk dilakukan, maka bisa kita buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari saja, yang penting menulis agar kemampuan semakin terasah.

5.       Menulis apa saja yang kita suka

Tips terakhir yang diberikan Bu Ditta yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya sangat mudah untuk menuliskannya. Boleh dikatakan kita menuliskan apa yang menjadi kesukaan atau hobby. Misalnya saja saat ini lagi suka main bola kaki, maka kita dapat menulis tentang apa saja yang berhubungan dengan bola kaki tersebut, apakah tentang club bola, baju, sepatu dan segala sesuatu yang berhubungan dengan permainan tersebut.

Itulah lima tips belajar menulis dari Bu Ditta yang dapat kita coba satu persatu agar kita dapat menghasilkan sebuah karya berupa buku. Dan akan menjadi pengukir sejarah dalam kehidupan kita nanti.

Ketika kita ingin menulis, tentulah kita butuh media. Lalu apa yang bisa kita jadikan sebagai media tersebut? Nah menulis itu bisa kita lakukan di berbagai media seperti blog, buku harian, HP, laptop atau platform menulis online seperti wattpad dan storial. Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis seperti facebook, Instagram, twitters dan lainnya. Menulis boleh dimana saja yang penting rutin dilaksanakan atau dibuat target berapa suatu tulisan yang harus diselesaikan dalam sehari, seminggu, sebulan, dan seterusnya.

Jika kita sudah menulis dengan rutin, itu artinya tulisan kita sudah terkumpul dalam jumlah tertentu. Maka langkah selanjutnya adalah tinggal menerbitkannya. Kumpulan tulisan yang ada di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau HP bisa dibukukan. Buku yang kita terbitkan apakah berupa buku solo atau buku berkolaborasi. Sebenarnya ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku tersebut. Misalnya saat kita menulis buku solo maka kita bebas menentukan tema dan waktu penyelesaiannya. Sedangkan jika menulis bersama, maka tulisan yang kita buat harus sesuai dengan tema yang telah ditentuan dan waktunya pun sesuai dengan yang dijadwalkan.

Namun enaknya kalau kolaborasi apalagi kalau kita jadi peserta, maka prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dan urusan lainnya harus diurus secara mandiri. Begitu pula dari segi biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa menjadi lebih murah.

Dalam menyelesaikan sebuah tulisan banyak sekali kendala yang dapat kita jumpai salah satunya adalah mood. Terkadang mood ini bisa timbul tenggelam sehingga tulisan kita akan terbengkalai. Dikesempatan kali ini Bu Ditta juga membagikan tips cara menjaga mood agar tidak malas menulis, dimana menurut Bu Ditta mood itu dapat dijaga dan dikembalikan dengan senyuman. Dengan tersenyum semua masalah akan teratasi, untuk itu tetaplah bersyukur dengan segala karunia Tuhan terhadap diri kita.

Pertemuan malam ini diakhiri narasumber dengan sebuah kalimat luar biasa yaitu  “Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki”.

Salam Literasi.

Sabtu, 07 November 2020

STRATEGI PEMASARAN BUKU SAAT PANDEMI COVID-19

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 15

Pemateri           : Agustinus Subardana 

Moderator        : Rizky Kurnia Rahman

Inspirator         : Om Jay

 

 

Semakin lama kelas ini semakin menyenangkan, selalu ada kejutan-kejutan baru yang disajikan. Seperti malam ini peserta dikejutkan dengan moderator baru Bapak Rizky Kurnia Rahman, dimana beliau ini adalah merupakan ketua kelas dalam kelas belajar menulis online ini. Semua peserta memberikan apresiasi yang luar biasa terhadap Pak Rizky. Saat belajar tiba Pak Rizky membuka kelas dengan mengucapkan Basmallah dan dilanjutkan dengan menyapa peserta di kelas ini. Sang moderator keren memperkenalkan diri sejenak sebelum pembelajaran dimulai. Mas Rizky begitu beliau biasa dipanggil karena memang berasal dari Jawa hanya saja sekarang tinggal di Sulawesi Tenggara. Mas Rizky bertugas di Al-Wahdah, Bombana, Sulawesi Tenggara dan mengajar di kelas VII SMP dan XI SMA dengan mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Setelah memperkenalkan diri, Mas Rizky mempersilahkan narasumber yaitu Bapak Agustinus Subardana untuk menyampaikan materi. Pak Agus sendiri merupakan tim dari Penerbit Andi Yogyakarta, sama dengan Bapak Joko Irawan Mumpuni dan Bapak Edi S. Mulyanta yang telah memberikan materi pada pertemuan sebelumnya. Tema yang diangkat oleh Pak Agustinus kali ini adalah "Strategi Pemasaran Buku Saat Pendemi Covid 19".

Dengan gamblang beliau menyampaikan bahwa perkembangan industri penerbitan buku dipicu oleh alasan keuntungan yang relatif besar dibandingkan industri lain khususnya barang konsumsi. Hal ini dikarenakan buku merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan sarana utama bagi proses pembelajaran serta sarana  penyampaian informasi. Efeknya, semakin hari kebutuhan masyarakat terhadap buku semakin meningkat sehingga menciptakan peluang usaha bagi pengusaha yang bergerak di bidang penerbitan buku. Saat ini saja sudah terdapat 1.328 penerbit yang terdaftar sebagai anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

Tak disangka-sangka awal bulan Maret tahun 2020 negara kita dilanda wabah Covid 19 yang menyebabkan lumpuhnya perekonomian masyarakat termasuk pelaku usaha penerbitan buku. Dampak penjualan buku selama Covid 19 sangat dirasakan betul oleh pelaku usaha di bidang penerbitan buku dan yang paling dirasakan sekali adalah :

1.    Jaringan toko buku tutup selama pandemi Covid 19.

2.   Rasa khawatir yang tinggi akan tertular Covid dari pengunjung toko buku sehingga toko sangat sepi.

3.    Terjadi penurunan omset toko buku yang mencapai 60% - 90%.

4.     Pelaku usaha penerbitan buku mengurangi jumlah terbit buku baru dan pendistribusian bukunya.

5.    Banyak penerbit yang gulung tikar alias bangkrut sehingga tidak berproduksi lagi.

6.   Penerbit yang langsung memasarkan bukunya ke sekolah-sekolah, Perguruan Tinggi, dan instansi lain tidak bisa bertemu langsung sehingga penawaran tidak maksimal.

7. Konsumen buku mengurangi pembelian buku karena dana yang ada diorientasikan untuk membeli alat-alat kesehatan.

 

Grafik penurunan penjualan buku di Gramedia selama pendemi Covid 19. 

Pada grafik yang disajikan di atas tampak jelas terjadi penurunan penjualan buku yang sudah dimulai pada awal maret 2020 dan penurunan yang paling drastic terjadi pada bulan April 2020 yang mencapai titik terendah. Namun di bulan Juni took buku gramedia sudah mulai buka lagi tapi pengunjung masih belum banyak karena khawatir akan penularan Covid 19.

Untuk mempertahankan industri penerbitan buku selama pandemi Covid 19 ini agar tetap terus hidup dan dapat mencapai hasil penjualan buku yang maksimal maka perlu  strategi pemasaran. Strategi pemasaran pada umumnya di pengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1.       Faktor mikro yaitu perantara, pemasok, pesaing dan masyarakat.

2.       Faktor makro yaitu demografi-ekonimi, politik-hukum, teknologi-fisik dan sosial-budaya.

Menurut Pak Agustinus saat ini penerbit Andi dalam menjalankan bisnis penerbitan bukunya tergolong ke dalam strategi pemasaran faktor mikro dan makro. Hal ini dikarenakan Penerbit Andi termasuk kategori industri penerbitan buku yang usianya sudah mencapai 40 tahun. Dan telah menerbitkan buku lebih dari 15.000 judul buku yang di kelompokkan menjadi 32 katagori. Selanjutnya beliau menjelaskan ada dua strategi pemasaran buku yang telah dilakukan oleh PT Andi yaitu strategi pemasaran buku serangan udara (online) dan strategi pemasaran buku serangan darat (ofline) dengan berlandaskan pada faktor makro dan faktor mikro.

A.     Strategi Pemasaran Buku Serangan Udara. (online )

1. Pentingnya Transformasi Digital

Dampak dari pandemi Covid-19 telah mengubah dunia menuju era Low Touch Economy. Era ini ditandai dengan interaksi antar individu yang minim sentuhan fisik atau low-touch, keharusan mengecek kesehatan dan keselamatan, perilaku yang baru hingga pergeseran di sektor-sektor industri., terutama sektor industri perbukuan. Strateginya yang utama yang dipakai adalah Digital Marketing dalam melakukan transformasi mendasar pada bisnis penerbitan buku. Adapun manfaat Digital Marketing antara lain adalah:

1.         Biaya lebih murah

2.         Daya jangkauan sangat luas

3.         Mudah menentukan target pasar buku yang akan di tawarkan sesuai kategori

4.         Komunikasi dengan konsumen sangat mudah dan cepat

5.         Lebih cepat populer

6.         Sangat membantu memudahkan penjualan

7.         Mudah dievaluasi dan dikembangkan kearah yang lebih baik.

Strategi pemasaran yang sangat gencar digunakan adalah promosi dan penjualan lewat dunia maya atau webside. Dimana webside ini merupakan markas besar untuk penjualan buku yang dapat kita isi dengan banyak berupa produk, harga, promosi, layanan testimoni dan lain sebagainya. Untuk penjualan buku lewat online ini menurut Pak Agustinus penerbit Andi harus terus proaktif untuk melakukan promosi agar dapat :

1.     Menyebarkan informasi produk secara masif kepada target pasar potensial

2.  Mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah ada sehingga kesetiaan konsumen terjaga.

3.       Menjaga kesetabilan penjualan saat kondisi pasar lagi lesu

4.      Menaikan penjualan dan profit

5.      Membandingkan dan keunggulan produk dibandingkan dengan pesaing

6.      Membentuk citra produk dibenak mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan

7.  Mengubah tingkah laku (yang kurang minat beli menjadikan tertarik beli) , persepsi dan pendapat konsumen.

2. Pemasaran buku lewat komunitas

Saat ini kita memiliki banyak sekali komunitas yang dapat dimanfaatkan sebagai ajang promosi dan penjualan buku yang kita tulis. Kita harus proaktif berkomunikasi dan berinterakdi di dalam komunitas tersebut. Promosi dan penjualan buku lewat komunitas akan lebih efektif dan efisien sehingga tingkat keberhasilannya lebih tinggi.

B.      Strategi Pemasaran Buku Serangan Darat (Ofline).

Untuk menguasai seluruh wilayah nusantara ini dalam pasar buku, maka harus dilakukan pemetaan wilayah dengan membuka cabang disetiap kota besar yang potensi pasarnya sangat baik. Strategi pemasaran buku serangan darat ini dapat dikelompokkan berdasarkan target pasar yang dituju, antara lain :

1.       Toko Buku

Toko buku dapat dipetakan menjadi tiga jenis yaitu toko buku modern, toko buku semi modern, dan toko buku tradisional. Contoh toko buku modern yaitu Gramedia Books Store, Gunung Agung Books Store dan TogaMas Books Store. Toko Modern ini mempunyai sistem transaksi mengikuti perkembangan teknologi yang dapat dikendalikan dengan sistem sentralisasi dan sebagainya. Adapun toko buku semi modern biasanya masih dikendalikan dan menggunakan sistem administasi penjualan per took. Sedangakan toko tradisional biasanya sistem transaksinya masih manual .

Adapun strategi promosi di toko buku modern yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1.   Menguasai display buku supaya tampilan buku dapat lebih menonjol.

2.   Mengadakan promosi diinternal toko dengan memasang produk promo.

3.   Mengadakan bedah buku.

4.   Mengadakan event tematik sesuai bulan berjalan contoh promo tahun ajaran baru, promo  bulan bahasa dan lain sebagainya.

5.   Proaktif berkomunikasi dengan pihak internal toko.

 

Contoh display buku di toko Gramedia

2. Directselling / kunjungan langsung.

Pemasaran buku melalui directselling ini dipetakan berdasarkan jenis katagori buku yang diterbitkan. Jenis katagori buku penjualan lewat directselling ini dapat dibagi menjadi beberapa target pasar yaitu :

a.   Buku Pendidikan (Buku mata pelajaran utama dan buku pendamping untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK).

b.    Buku Teks Perguruan Tinggi untuk semua mata kualiah.

c.   Buku Referensi untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA-SMK , Perguruan Tinggi dan umum


3.  Melakukan Event–Event

Aktif melakukan event–event  seperti pameran buku, dalam seminar, workshop, tryout, dan sebagainya.

Demikianlah materi tentang strategi pemasaran buku yang disampaikan oleh Pak Agustinus. Masih banyak lagi strategi pemasaran buku yang terus berkembang saat ini. Mengakhiri pertemuan kali ini beliau mengatakan bahwa menulis adalah berjuang, karena penulis adalah pahlawan yang akan di kenang selama–lamanya. Lembaran karya adalah medan pertempuran dan pena adalah senjatanya.

Jumat, 06 November 2020

CARA MUDAH MENAWARKAN TULISAN KE PENERBIT

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 14

Pemateri           : Edi S.Mulyanta

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Tepat pukul 19.00 WIB Bu Aam Nurhasanah selaku moderator pada pertemuan keempatbelas kali ini membuka acara dengan memperkenalkan secara singkat pemateri malam ini. Beliau adalah Bapak Edi S. Mulyanta seorang pria kelahiran Yogyakarta pada tanggal 24 Mei 1969. Membaca CV beliau saya sangat kagum karena segudang karya tulis telah dilahirkannya. Pekerjaan beliau saat ini adalah Manajer Operasional Penerbit Andi, sebuah penerbit yang sudah dikategorikan sebagai penerbit mayor karena telah menerbitkan buku dengan jumlah yang sangat besar. Penerbit Andi sendiri 60% menerbitkan buku berupa buku teks perguruan tinggi dan selebihnya baru berupa buku fiksi.

Dengan mengucapkan salam sebagai pembuka pertemuan, Pak Edi menyapa guru-guru hebat di kelas ini dan mengucapkan terimakasih karena telah diperkenankan sharing pengalaman untuk peserta kelas menulis ini yang luar biasa. Pada pertemuan kali ini Pak Edi akan menyambung materi-materi pembicara sebelumnya yang berkaitan dengan kepenulisan dan penerbitan buku karena beliau sendiri sudah memiliki pengalaman dan berkecimpung hampir 20 tahun dalam mengelola penerbitan.

Sebagai seorang manajer operasional Pak Edi bertugas mengamati trend konten buku yang tersebar di pasar, kemudian memberikan resume tentang tema apa yang sedang menarik pasar pada saat itu. Kalau sudah diketahui kemudian dipetakan pesaing serta target penulis yang menjadi sasaran. Setelah seluruh resume dibuat maka langkah selanjutnya adalah mencari prospek penulis yang mempunyai kemampuan seperti trend yang sedang dipelajari. Tidak dipungkiri, terkadang calon penulis justru mempunyai insting yang lebih tajam dari penerbit, sehingga sering terjadi penerbit tertinggal informasi dibandingkan dengan penulis sendiri.

Penulis cerdas dan kreatif telah menguasai konten, sementara penerbit masih belajar dari data-data pemasaran. Perbedaan ini dapat diatasi dengan melakukan link and match antara data history dan data trend ke depan serta meningkatkan jalinan komunikasi antara calon penulis dengan calon penerbitnya. Sehingga cara pandang yang berbeda dapat diatasi dengan baik. Penulis sendiri memerlukan penerbit sebagai media untuk menerbitkan dan mempublikasikan bukunya.

Penerbit baik adalah penerbit  yang tergabung dalam organisasi yang diakui oleh pemerintah. Ada dua organisasi penerbit di Indonesia yaitu Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi (APTI). Penerbit yang tergabung dalam organisasi inilah yang secara hukum diperbolehkan mengeluarkan ISBN di bawah Perpustakaan Nasional. Kedua organisasi penerbit ini agak sedikit bertolak belakang dalam hal tujuan dimana penerbit IKAPI lebih cenderung kepada percetakan yang murni mencari keuntungan sehingga hasil terbitannya sangat mudah diterima berbagai kalayak, sedangkan APTI lebih mementingkan kualitas terbitan yang sesuai dengan keilmuan kampus  sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menekankan pada Tridarma Perguruan Tinggi.

Saat akan menerbitkan buku maka kita diharapkan dapat melihat histori hasil terbitan masing-masing penerbit. Hal ini dilakukan untuk dapat memutuskan kemana calon terbitannya ditawarkan agar buku yang kita tulis tidak salah sasaran penerbitnya. Pada kesempatan ini Pak Edi memberikan langkah mudah untuk pengenalan awal penawaran tulisan kita yaitu dengan membuat semacam proposal penawaran penerbitan buku. Proposal ini dapat dikirimkan ke email penerbit-penerbit yang menjadi sasaran. Isi dari proposal ini adalah: (1) Judul utama buku, (2) Sub judul jika diperlukan, (3) Outline lengkap naskah, dalam bentuk bab-bab dan sub bab yang jelas hirarkinya, (4) Target pasar sasaran tulisan, (5) Curicullum Vitae penulis dalam bentuk narasi. Setelah lengkap ke-5 hal tersebut, akan lebih afdol lagi jika penulis menyertakan satu bab sampel untuk melihat gaya penyampaian tulisan.

Setelah naskah kita dinyatakan diterima oleh penerbit, maka akan dilakukan check plagiasi oleh editor Bahasa. Tahap ini akan meneliti seberapa besar penulis melakukan plagiasi terhadap tulisan lain. Jika terjadi plagiasi di batas ambang yang ditentukan oleh penerbit maka naskah akan dikembalikan untuk dilakukan revisi. Biasanya plagiasi ini meliputi teks dan gambar yang disadur tanpa memberikan sumber yang jelas. Untuk menghidari hal tersebut, Pak Edi menyarankan sebaiknya penulis selalu mencantumkan sumber teks dan gambar terutama untuk naskah non fiksi. Sedangkan naskah fiksi, tidak diperlukan sumbernya. Dan terakhir yang harus dilakukan penulis adalah membuat resume, abstrak, atau calon sinopsis buku yang diletakkan di back cover buku. Sinopsis sebaiknya ditulis oleh penulisnya sendiri, jangan serahkan ke penerbit, karena penerbit biasanya tidak menguasai dengan detail materi tulisan.

Itulah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang penulis jika bukunya akan  ditawarkan ke penerbit untuk dapat diterbitkan. Dan diakhir pertemuan narasumber hebat malam ini memberikan kesimpulan materinya bahwa penerbit memerlukan informasi yang lengkap tentang materi yang akan ditawarkan kepadanya. Penulis harus  memberikan penjelasan dengan cukup, sehingga dapat meyakinkan materi naskahnya layak untuk dibaca dan dikonsumsi sejumlah besar calon pembaca. Tanpa clue petunjuk yang memadai dari penulis, penerbit bisa salah dalam mengambil keputusan. Sehingga jangan sia-siakan kesempatan kita untuk dikenal oleh calon pembaca yang menunggu tulisan-tulisan mencerahkan yang akan hadir setiap masa.

KRITERIA BUKU YANG DITERIMA PENERBIT

 

BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16

Resume Pelatihan 13

Pemateri           : Joko Irawan Mumpuni

Moderator        : Aam Nurhasanah

Inspirator         : Om Jay

 

 

Selamat pagi salam sehat buat kita semua.

Ada sedikit kendala waktu yang saya alami sehingga resume ketigabelas kali ini sangat terlambat dapat diselesaikan. Namun tetap ada usaha untuk menyelesaikannya. Pertemuan kali ini judul materinya adalah  “Menulis Buku Yang Diterima Penerbit”   yang disampaikan oleh Pak Joko Mumpuni Direktur Penerbit Mayor PT Andi. Pak Joko adalah merupakan sosok yang sangat ramah kepada semua orang. Penyampaian materi malam ini luar biasa karena disampaikan dengan cara yang sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya. Materi disampaikan dengan cara pengiriman slide dan diikuti oleh voice, sehingga sangat seru sekali. 

Tema yang diangkat malam ini sangatlah menarik bagi para penulis terutama penulis pemula yang belum mengenal bagaiman proses penerbitan sebuah buku. Pak Joko sangat jeli dalam melihat situasi ini, beliau banyak melihat para guru yang memiliki kemampuan dalam menulis tetapi karena kurang mengenal dan bergaul  dengan penerbit sehingga tidak memiliki pengetahuan tentang naskah seperti apa yang dikehendaki oleh penerbit.


Mengawali materinya malam ini Pak Joko menceritakan sedikit kenangannya tentang awal mula beliau bisa menulis. Pak Joko pertama kali belajar menulis adalah sejak kelas 1 SD dan yang mengajarinya adalah Guru SD sehingga beliau merasa malu jika dikatakan akan mengajari guru-guru yang hebat di kelas ini untuk menulis. Nah, kalau pengalaman Pak Joko yang ini sepertinya sama dengan pengalaman saya dan juga bapak ibu guru hebat yang ada di kelas ini ya, dimana pertama kali diajari menulis dan membaca saat duduk dibangku kelas 1 SD.

Slide ini adalah merupakan slide materi pertama yang ditampilkan, slide tersebut memuat tentang produk buku di pasar. Hal ini bertujuan agar penulis dapat mengetahui dari awal tipe buku yang akan ditulisnya. Pak Joko menjelaskan bahwa kelompok buku di dunia dapat digambarkan seperti sirip ikan, dimana kelompok tersebut terbagi atas dua kelompok besar yaitu kelompok buku teks (buku yang dipergunakan untuk proses belajar mengajar mulai dari PAUD sampai SMA/SMK) dan kelompok buku non teks (buku yang tidak selalu dipergunakan dalam proses belajar mengajar).

Kelompok buku teks juga terbagi dua kategori yaitu buku teks pelajaran dan buku teks perguruan tinggi

Buku teks perguruan tinggi lebih banyak variansnya dari pada buku teks pelajaran karena jumlah fakultas dan jumlah jurusan diperguruan tinggi jauh lebih banyak dibandingkan jumlah mata pelajaran yang di ajarkan dari TK sampai SMA. Buku teks diperguruan tinggi dibagi atas dua bagian yaitu buku eksak dan buku non eksak.

Sedangkan buku non teks juga dibagi atas dua kelompok besar yaitu buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi bisa berupa komik, antologi, novel, sastra, dan yang lainnya. Nonfiksi berupa cerita anak, umum popular, komputer internet, agama, hobi dan tulisan khusus. Menulis buku boleh ditulis oleh satu orang atau lebih, dan boleh di terbitkan oleh lebih dari satu lembaga. Agar terbentuk tertib market setiap lembaga, sehingga buku tersebut sudah ada pasarnya minimal oleh anggota lembaga tersebut. Ada juga buku yang diterbitkan atas kerjasama penerbit dengan kampus, seperti penerbit Andi yang bekerjasama dengan UGM. Ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan masyarakat umum. Hal seperti ini sangat menguntungkan karena setiap tahun sudah jelas pasarnya.

Buku yang ditulis oleh lebih dari satu orang disebut polichapter, tiap penulis dapat jatah satu chapter (satu bab) yang harus diselesaikan tepat waktu dengan rasa tanggung jawab kemudian baru nanti disatukan. Dan ini bisa dilakukan di kelas menulis ini agar lebih cepat terbitnya.


Saat Pak Joko memperlihatkan slide di atas yang dibarengi dengan beberapa pertanyaan, maka jawaban dari pertanyaan itu sudah jelas bahwa kita sudah berada di kelas yang tepat. Kelas ini akan mengantarkan kita menjadi seorang penulis hebat yang dapat menghasilkan karya-karya yang cemerlang. Karena setiap akhir pertemuan kita sudah ditempa dengan kewajiban membuat resume dan mengumpulkannya. Hasil akhir dari kegiatan selama ini, peserta harus bisa menghasilkan buku solo, itu artinya kita sudah berada pada level paling atas karena sudah  bertekad untuk menulis dan menyelesaikan tulisan itu.

Setelah tulisan kita selesai maka pastilah kita ingin menerbitkannya. Maka narasumber juga menjelaskan proses penerbitan buku. Industri penerbitan buku itu sendiri sangatlah rumit karena melibatkan stakeholder atau pihak-pihak yang jumlahnya banyak. Pihak-pihak tersebut adalah lembaga dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai banyak karyawan seperti penerbit Andi.

Pak Joko menjelaskan bahwa penulis adalah merupakan orang yang paling mulia, karena penulis telah dapat menghidupi banyak orang. Terkadang penulis tidak sadar kalau hidupnya sangat penting bagi orang lain. Misalnya, walaupun kita baru berhasil menyelesaikan satu judul buku yang diterbitkan di penerbit mayor, maka kegiatan ekonomi akan dijalankan banyak pihak. Pada proses penerbitan sebuah buku akan melibatkan banyak orang sehingga orang-orang yang terlibat itu mempunyai pekerjaan, memiliki gaji tetap, bisa menghidupi keluarganya, dan lain sebagainya. Maka dari itu upah yang diberikan kepada para penulis adalah sangat besar yaitu surga.

Ada beberapa proses penerbitan naskah menjadi buku yang disampaikan oleh narasumber yaitu sebagai berikut:

1.  Naskah dikirim ke penerbit dan penerbit mempelajari naskah tersebut apakah sesuai dengan kriteria penerbit atau tidak.

2.    Penerbit memberitahu kepada penulis bahwa naskah penulis telah diterima melalui email atau WA.

3.  Penulis mengirim naskah lengkap berupa softcopy ke penerbit dan menandatangani surat perjanjian penerbitan.

4.       Penerbit mengedit naskah dan membuat desain cover, setting isi dan lainnya.

5.   Penerbit menentukan ukuran buku, fontasi, hiasan. Inilah yang disebut dami. Dami adalah naskah yang sudah jadi buku, tetapi belum dicetak.

6.       Penerbit mengirim dami ke penulis untuk dikoreksi sebelum dicetak.

7.       Setelah dikoreksi, dami dikirim kembali ke penerbit untuk dikoreksi ulang.

8.       Penerbit mencetak buku dan diedarkan ke konsumen.

 

Adapun naskah yang bisa diterbitkan oleh penerbit mayor adalah naskah yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1.   Tema tidak populer tapi penulisnya populer, meskipun tema yang diangkat tidak populer tetapi penulis adalah orang terkenal, maka penerbit berani menerbitkan naskah ini.

2.   Temanya populer tetapi penulis tidak populer, buku jenis ini pasti langsung akan diterbitkan.

3. Tema populer penulisnya tidak populer, walaupun penulis tidak terkenal, tetapi tema yang diangkat sedang populer saat ini, maka peluang untuk diterbitkan sangat besar.

4.   Jika tema tak popular dan juga penulis tidak populer, maka tulisan ini pasti tidak akan diterbitkan

Itulah beberapa hal yang disampaikan oleh Pak Joko terkait tentang penulisan buku yang harus kita perhatikan dalam menulis jika buku kita ingin diterbitkan oleh penerbit apalagi penerbit mayor. Semoga tulisan kita mampu untuk menembus penerbit mayor, Insyaallah.

Aksi Nyata- Modul 1.4 Pembentukan dan Penerapan Keyakinan Kelas

 A.  Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter Prof...