Minggu, 25 Juli 2021
Si Mangkok Kecil Dengan Sejuta Manfaat
Sabtu, 24 Juli 2021
Kampung Adat Nagari Sijunjung
Minggu, 04 Juli 2021
MUSEUM MBAH SURO
Sawahlunto, 27 Juni 2021
MUSEUM MBAH SURO
Setelah menjelaskan tentang orang rantai, aku dan keluarga baru diperkenankan untuk memasuki lubang bekas tambang Mbah Suro dengan terlebih dahulu kami dipersilahkan untuk memakai sepatu dan topi sebagai pengaman ketika berada di dalam lubang nantinya. Sebelum memasuki lubang kami diperkenankan untuk berfoto di depan lubang dan dilanjutkan dengan memanjatkan doa bagi para korban pekerja paksa yang terkubur di dalam lubang. Lubang ini memiliki lebar 2 meter dengan ketinggian 2 meter juga. Sementara kedalaman Lubang Mbah Suro mencapai 15 meter dari permukaan tanah, serta memiliki panjang 1,5 kilometer di bawah Kota Sawah Lunto. Walaupun demikian lubang ini cukup aman bagi pengunjung karena telah dilengkapi dengan oksigen di sepanjang lubang.
Ada beberapa lorong di dalam lubang yang ditutup sementara karena lebih banyak berdampak negatif kepada para pengunjung seperti kesurupan, dan sakit setelah melihat lorong tersebut. Semakin jauh berjalan kami semakin penasaran dengan penamaan lubang ini. Akhirnya sampailah kami pada satu lorong dan kami berhenti tepat di depan lorong tersebut. Di sana tampak dengan jelas tulisan Mbah Suro dan pemandu langsung menjelaskan bahwa Mbah Suro adalah merupakan seorang mandor orang rantai. Beliau memilki nama lengkap Soerono yang terkenal memiliki ilmu kebal dan ilmu kebatinan yang sangat tinggi sehingga menjadi panutan serta disegani oleh warga sekitar. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh kolonial Belanda agar Mbah Suro dapat bekerja siang dan malam tanpa merasakan lelah.
Mbah Suro dengan senang hati menerima pekerjaan
tersebut karena beliau memiliki niat yang sangat mulia yaitu ingin membebaskan
para orang rantai yang dipaksa bekerja oleh Belanda dengan kekuasaan dan ilmu
yang dimilikinya. Karena keteladanan dan kemuliaan sikap Mbah Suro tersebut
maka nama beliau diabadikan untuk nama lubang tempat beliau dan para orang
rantai bekerja. Mbah Suro meninggal sebelum tahun 1930 dan ia dimakamkan di
pemakaman orang rantai yakni di Tanjung Sari, Kota Sawahlunto.
Penjelasan dari pemandu membuat rasa penasaran
kami hilang, dan kami mulai bergerak keluar lubang menuju ke museum kembali.
Semoga arwah para pekerja paksa mendapat tempat yang terbaik di sisi Yang Maha
Kuasa, Aamiiin....
Aksi Nyata- Modul 1.4 Pembentukan dan Penerapan Keyakinan Kelas
A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter Prof...
-
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16 Resume Pelatihan 3 Pemateri : Bapak Ya’ Dedi Suhendi Moderator : Ibu Sri Sugiastuti ...
-
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16 Resume Pelatihan 12 Pemateri : Theresia Sri Rahayu,S.Pd.SD Moderator : Aam Nurhasana...
-
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 16 Resume Pelatihan 9 Pemateri : Bapak Encom Rahman Moderator : Ibu Fatimah Inspira...